Bekasi, IDN Times - Langit kelabu Kota Bekasi, Jawa Barat, tak mengendurkan semangat Adang. Lelaki 60 tahun itu masih berjibaku di tengah banjir. Cucuran peluh yang membasahi dahi ayah tiga anak ini menjadi saksi bisu, betapa bencana alam bukan alasan untuk mengeluh.
Seakan tidak memiliki waktu untuk menggerutu. Apa pun petaka yang menjagal, ia bertekad untuk tidak pernah berhenti mencari nafkah.
Di tepi Jalan Nangka Raya, Kota Bekasi, Adang menyeka keringat dengan handuk putih yang sudah menguning. Sepertinya sudah bertahun-tahun ia gunakan. Kepalanya celingukan kanan-kiri. Menegur setiap orang yang berjalan mendekati. Berharap salah satu dari mereka adalah rezeki titipan Sang Ilahi.
“Becak, ayo becak, buat nyebrang,” kata dia di tengah kegaduhan jalan raya. Sesekali suaranya berlomba dengan bising klakson dan sirine ambulans yang hilir-mudik.
Kisah Adang boleh jadi secuil berkah di tengah musibah. Ada lebih dari lima tukang becak yang menjual jasa “penyeberangan” menerobos banjir. Kendati kaos dan celana basah kuyup. Air setinggi 70 centimeter membentang sejauh mata memandang. Adang seolah tak mengenal kata getir dalam kamus hidupnya.
“Ya buat makan sama kirim uang buat keluarga di kampung. Kalau gak gini gak makan,” ujarnya, menjelang Maghrib, Kamis (2/1).