Jakarta, IDN Times - Di tengah hamparan kebun sawit di Felda Lahad Datu, Sabah, Malaysia, seorang remaja bernama Kasmiati merajut mimpinya dengan harapan baru.
Kasmiati tak pernah membayangkan di antara keterbatasan akses dan jarak yang membentang hingga sembilan jam perjalanan menuju kota, akan ada kesempatan untuk kembali duduk di bangku sekolah.
“Jarak tempat tinggal saya ke SIKK itu bisa sembilan jam perjalanan. Belum lagi, saya juga harus membantu orang tua untuk bekerja di ladang sawit. Sulit sekali rasanya kalau harus sekolah tatap muka ke Kinabalu,” kata Kasmiati yang asli Sulawesi Selatan ini.
Setiap hari, Kasmiati ikut membantu orang tuanya di kebun. Namun, jauh di dalam hatinya, keinginan untuk terus belajar tak pernah padam. Ketika Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) hadir, harapan itu seperti menemukan jalan pulangnya.
Kasmiati adalah salah satu dari puluhan anak Indonesia yang tinggal di daerah-daerah terpencil di Sabah. Kini Kasmiati bisa melanjutkan pendidikan tanpa harus meninggalkan rumah dan keluarganya. Teknologi yang menyambungkan layar laptop dan suara guru dari jarak ratusan kilometer kini menjadi jembatan impian.