Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(Warga Pandeglang, Sarminah, korban tsunami) IDN Times/Helmi Shemi

Pandeglang, IDN Times - Sarminah duduk termenung di atas puing reruntuhan. Raut wajahnya tampak lelah.

Ia baru saja mencari sebagian dari harta bendanya yang masih bisa diselamatkan. Perempuan berusia 50 tahun ini merupakan korban tsunami akibat erupsi Anak Gunung Krakatau yang tinggal di Kecamatan Sumur, Pandeglang.

“Lumayan tuh dapat empat bungkus kecap,” kata dia kepada IDN Times yang menemuinya pada pekan lalu sembari melepas sedikit senyum.

Tidak dapat dipastikan apakah ia tengah merasakan lelah atau bahagia usai menemukan bungkus kecap tersebut. Sarminah seolah masih tak percaya atas bencana alam yang memporak-porandakan rumahnya.

Kendati begitu, rasa syukur selalu diutarakannya karena tidak ada anggota keluarganya yang hilang tersapu gelombang tsunami.

“Alhamdulillah selamat semua saya berdua. Cuma emang pada luka-luka geh,” katanya dalam aksen Sunda khas Betawi. 

Lalu, bagaimana detik-detik gelombang tsunami dalam ingatannya yang menewaskan lebih dari 420 orang pada (22/12) lalu? 

1. Ombak datang begitu cepat menghantam rumah Sarminah

(Foto udara yang menggambarkan kondisi Kecamatan Sumur) IDN Times/Helmi Shemi

Kediaman Sarminah kurang lebih sekitar 100 meter dari bibir pantai. Ia merupakan pemilik rumah makan. Pada Sabtu (22/12) malam, ia merasa curiga dengan deburan ombak yang terdengar tidak seperti biasanya. 

Pulau Oar dan Umang yang biasanya tampak jelas berubah kasat mata menjadi tertutup gelombang.

“Kata saya mah itu teh apa, kok putih-putih. Gak tau kalau itu tsunami, udah gak keburu lari. Cuma semenit tiba-tiba udah kebawa air,” kata dia mengenang peristiwa memilukan tersebut.

2. Seluruh harta benda ludes, tidak ada yang tersisa

(Lokasi resort di Tanjung Lesung) IDN Times/Helmi Shemi

Di tengah teriknya sinar matahari dan terpaan angin laut yang begitu menusuk tulang, ia berharap masih bisa menemukan barang berharga. Pasalnya, kulkas miliknya dipenuhi oleh ikan tangkapan yang masih segar sebelum diterjang tsunami. 

Terlebih dia berharap masih bisa melanjutkan hidup dengan modal harta benda yang masih bisa ia temukan. 

“Gak sempat bawa apa-apaan pas kejadian. Ini aja baju dari sumbangan geh," kata dia. 

Ketika tersapu ombak, Sarminah sempat berpikir bahwa malam itu adalah hari terakhirnya menginjak bumi. Tak terbesit sedikitpun ia masih bisa melihat matahari terbit keesokan harinya.

“Saya mah udah mikir, begini kali ya rasanya mati. Saya minta tolong gak ada yang bisa nolongin juga," kata dia lagi. 

3. Sarminah berharap mendapat bantuan berupa rumah dari pemerintah

(Warga Pandeglang, Sarminah yang menjadi korban gelombang tsunami) IDN Times/Helmi Shemi

Usai dilanda gelombang tsunami, Sarminah berharap pemerintah memberikannya bantuan berupa tempat tinggal baru. Saat ini, ia terpaksa tidur di bawah terpal yang memayunginya siang itu. 

Apalagi usianya sudah senja. Ia khawatir pasca terjadi bencana tsunami, hidupnya tidak lagi bisa berlanjut. Seluruh harta bendanya hilang ikut disapu gelombang tsunami. 

“Ya mau itu aja (rumah) kayak semula. Yang penting tempat tinggal dulu,” kata Sarminah sembari menunjuk rumah yang sudah rata dengan tanah.

4. Pemerintah berjanji memberikan bantuan Rp50 juta per desa

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo (nomor dua dari kanan). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Untuk membantu meringankan beban warga Banten, pemerintah mulai mengucurkan dana. Kementerian Dalam Negeri menjanjikan bantuan senilai Rp50 juta. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan bantuan senilai Rp50 juta adalah bantuan awal. 

"Kami menyediakan anggaran, semua desa yang rusak, uangnya siap, anggarannya ada, tahap pertama kita bantu Rp50 juta per desa," ujar Tjahjo ketika bertemu dengan Gubernur Banten, Wahidin Halim di kantor gubernur pada (28/12) lalu. 

Dana itu, kata Tjahjo lagi, akan diberikan kepada masing-masing kepala desa, melalui bupati. Ia berharap dengan bantuan tersebut, paling tidak bisa membantu memulihkan operasional pemerintahan setempat sehingga dapat melayani masyarakat. 

Namun, bantuan itu belum diterima oleh Sarminah. Ia mengatakan bantuan yang selama ini terima baru berupa makanan, selimut dan pakaian. Namun, ke depan, ia butuh agar pemerintah bisa mengganti rumahnya yang sudah hilang tersapu gelombang tsunami. 

Editorial Team