(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu
Di dalam maupun di luar sekolah, Pierre sangat disayangi teman-temannya, karena sifatnya yang ramah. Pierre juga dikenal tak suka membeda-bedakan teman. Ia pandai bergaul dengan baik dengan teman seusianya.
Pada era penjajahan Jepang dan permulaan Revolusi Kemerdekaan, keadaan perekonomian Bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Terutama dirasakan oleh pegawai-pegawai pemerintah, termasuk keluarga AL Tendean.
Kendati, keluarga AL Tendean tidak mau bekerja sama dengan Jepang, maupun Belanda yang ingin menanamkan penjajahannya kembali di Tanah Air. Pada zaman Revolusi Kemerdekaan, keluarga AL Tendean diam-diam membantu obat-obatan para gerilyawan.
lbunda Pierre giat mengumpulkan dana dari para simpatisan guna membantu pemuda-pemuda yang sedang bergerilya. Pierre yang pada waktu itu masih duduk di bangku sekolah dasar, telah memperlihatkan sifat tanggung-jawabnya terhadap masyarakat sekitarnya.
Ketika libur sekolah, Pierre Tendean suka membantu teman-temannya pergi ke sawah mencari siput, untuk menambah lauk-pauk di rumah orangtua mereka. Untuk mengurangi beban keluarganya, Pierre kecil juga gemar menanami tanah kosong di sekitar rumahnya dengan singkong, ubi, pepaya, dan sayur-sayuran.
Kakaknya, Mitze Farre, menyebutkan Pierre sejak kecil hingga akhir hayatnya merupakan anak yang sederhana dalam segala hal. Dia rajin dan tekun, serta tidak manja, meskipun menjadi satu-satunya anak laki-laki di keluarganya.
Di sekitar rumah keluarga AL Tendean di Magelang itu terdapat sungai kecil. Pierre gemar sekali berenang dan bermain-main di sungai itu. Warna air sungai yang kecokelatan karena kotor, membuat orangtua Pierre melarangnya bermain di sungai itu.
Meski dilarang, Pierre tetap bermain di sungai itu. Kelak, kepandaiannya berenang itulah yang akan menyelamatkan dirinya dari pengejaran tentara Inggris saat misi intelijen di Malaysia.