(Foto repro buku Sang Patriot: Kisah Seorang Pahlawan Revolusi - Biografi Resmi Pierre Tendean) IDN Times/Anabel Yevina Mulyadi Wahyu)
Pada 1961, Presiden pertama RI Sukarno gencar menyuarakan konfrontasi untuk merebut Irian Barat melalui Tri Komando Rakyat (Trikora), dan menentang pembentukan Federasi Malaysia yang mempersatukan Malaya, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah dalam satu negara. Rencana ini membuat Indonesia konfrontasi dengan Malaysia melalui Dwi Komando Rakyat (Dwikora).
Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman yang pertama kali mencetuskan gagasan tersebut. Rencana tersebut didukung Inggris untuk mendapatkan kepentingan di wilayah tersebut, hingga keadaan berubah ketika terjadi pemberontakan di wilayah Kalimantan Utara, kawasan koloni Inggris dan Brunei.
Penolakan Indonesia semakin keras, setelah melancarkan konfrontasi dengan mengirimkan sukarelawan untuk membantu rakyat Kalimantan Utara melawan Inggris. Pada situasi yang genting, Sukarno menyerukan Dwikora. Sejak itu, konfrontasi bersenjata di antara kedua belah pihak dimulai.
Dwikora tersebut berisi: Perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei untuk membubarkan negara boneka Malaysia.
Pemerintah Indonesia menyatakan operasi Dwikora bukan untuk melawan rakyat Malaysia, melainkan untuk mengganyang negara boneka Malaysia. Pemerintah menyuplai untuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Tak hanya itu, pemerintah RI memberikan surat panggilan tugas kepada elite ABRI (sebelum TNI) dan ribuan prajurit untuk menjadi bagian operasi Dwikora.
Pierre Tendean salah satu prajurit TNI muda yang menjadi bagian operasi Dwikora. Pada saat itu, Pierre dan rekannya mendapatkan surat yang tak ada kejelasan lebih lanjut. Dia langsung meninggalkan Markas Yonzipur 1, setelah mendapatkan surat tersebut.
Rekannya menyarankan, Pierre agar kembali ke Markas Zeni Pusat untuk menanyakan ketidakjelasan surat tersebut. Pierre mengikuti saran rekannya, dan mendapatkan kejelasan. Bahwa keduanya dipersiapkan untuk melakukan penyusupan operasi Dwikora.
Pierre Tendean juga dilibatkan dalam operasi penyusupan ke Malaysia dari Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Riau. Tidak ada fasilitas mewah yang diberikan ketika berada di negeri jiran itu. Hanya sebuah tenda yang dibekali untuk panggilan tugas dari Ibu Pertiwi.