Depok, IDN Times - Bendungan Mas Yono menjadi daerah perbatasan antara Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, dengan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Ada dua versi tahun pembuatan bendungan tersebut, warga Kota Depok menyebutkan bendungan dibangun pada 1928, namun warga Kabupaten Bogor mengatakan dibangun pada 1920.
Saat IDN Times menelusuri ke lokasi bendungan, sayangnya tahun pembuatan yang terukir di bendungan tersebut telah terkikis. Hanya ada tulisan angka 192.
Konon sejarah pembuatan bendungan pada era penjajahan Belanda diselimuti kisah mistis. Usai pembangunan bendungan yang dialiri Kali Angke dan Situ Curug ini rapung, dilakukan pagelaran musik Jawa. Saat pagelaran musik tersebut tengah berlangsung, air di bendungan tersebut membesar dan menghanyutkan pemain musik hingga sinden.
IDN Times mencoba mencari kebenaran dari kisah Bendungan Mas Yono dari warga sekitar dan hal menarik di sekitar bendungan Mas Yono.
Salah seorang warga Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Lukman (41) membenarkan terjadi kisah misteri di sekitar Bendungan Mas Yono dari penuturan orang tuanya. Saat itu, apabila aliran Kali Angke yang memasuki Bendungan Mas Yono pada era 1980an sangat deras, warga sekitar akan mendengar musik gamelan atau instrumen Jawa, sehingga warga tidak ada yang berani keluar rumah.
"Kalau air Kali Angke deras pasti akan kedengaran bunyi gamelan dan itu menjadi pertanda karena dulunya para pemain musik menjadi tumbal saat bendungan Mas Yono usai dibangun," ujar Lukman kepada IDN Times.
Namun saat ini Kali Angke telah terpecah dua, satu sisi masih melintasi Situ Curug yang menembus ke Bendungan Mas Yono, dan sisi lainnya melintas ke aliran baru Kali Angke di bawah jembatan Gantung Curug atau warga sekitar mengenalnya dengan nama Jembatan Gantung Mas Yono.