Prokes Menuju Endemi: Tetap Pakai Masker Walau Sudah Vaksinasi

Ancaman virus masih ada

Jakarta, IDN Times -- Meski secara umum penyebaran dan penanganan terkendali,  pemerintah masih terus berupaya menurunkan kasus COVID-19 di seluruh pelosok. Ancaman virus  yang dirasa masih akan terjadi beberapa waktu ke depan, menjadikan berbagai strategi dilakukan  dengan matang. 

Memasuki masa transisi COVID-19 dari pandemi menjadi endemi, pemerintah pun menguatkan upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir. Percepatan vaksinasi, tetap menjaga  disiplin protokol kesehatan (prokes), penguatan testing, tracing, treatment (3T), serta pemanfaatan  teknologi informasi oleh masyarakat secara luas, terus digencarkan.  

Dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Selasa (19/10),  Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan  Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Agus  Suprapto menjelaskan terdapat tiga tahapan pandemi COVID-19 menuju endemi.  

1. Upaya preventif harus dikuatkan

Prokes Menuju Endemi: Tetap Pakai Masker Walau Sudah VaksinasiPetugas memberikan masker kepada warga Medan yang membandel tidak memakai masker. (Dok. Istimewa)

Pada tahap persiapan, upaya preventif dikatakannya harus dikuatkan. Misalnya perilaku prokes yang sudah melekat atau tertanam (embed), vaksinasi lebih dari 70%, serta penggencaran 3T oleh  petugas-petugas yang kompeten. 

Kemudian tahap transisi, di mana jumlah kasus terkendali dan angka kematian dapat ditekan. “Pada  tahap ini, kehidupan kita masuk grey area (area abu-abu, tidak pasti), semua demi menjaga prokes  dan hidup berdampingan dengan COVID-19,” ujar Agus. 

Ketiga adalah tahap endemi. “Tahap endemi adalah setelah semua terkontrol dan harapannya,  semua jadi lebih baik.” Endemi, menurutnya, tidak hanya untuk Indonesia, namun juga dunia  internasional. Ia mengatakan, dengan persiapan dan transisi yang baik, maka dapat bersama-sama  dan serentak menuju ke tahap tersebut.  

Agus optimis, bila angka kasus semakin turun, tidak terjadi gelombang ketiga pada akhir tahun,  serta situasi tetap terkendali seperti saat ini, maka tahun depan ekonomi dapat pulih dan tumbuh  di atas 5%. “Saat ini, kita harus terus bangun suasana optimis,” tegasnya. 

Memasuki November Desember, menurutnya, terdapat kemungkinan menurunnya imunitas warga  yang mendapatkan vaksinasi pada awal tahun. Karena itu, kegiatan masyarakat selama Nataru  (Natal dan Tahun Baru) harus disertai disiplin prokes dan kehati-hatian.  

“Virus ini menguji endurance (ketahanan) kita semua untuk tetap disiplin prokes, serta bersama-sama mendorong upaya 3T,” ujar Agus.  

2. Masyarakat harus selalu diingatkan bahwa pandemi belum selesai

Prokes Menuju Endemi: Tetap Pakai Masker Walau Sudah VaksinasiIDN Times/Umi Kalsum

Tidak dapat dipungkiri, masyarakat memang harus selalu diingatkan bahwa meski telah melandai,  tapi pandemi belum selesai. Pembukaan kembali aktivitas masyarakat, bukan berarti ada  pelonggaran pada prokes. Hal ini ditekankan oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas  COVID-19 Alexander Ginting.  

Ia juga menegaskan, cakupan vaksinasi harus terus dikejar sebelum libur akhir tahun, agar jangan  sampai ada kelompok rentan yang tertinggal upaya vaksinasi.  

Selain itu, penertiban mobilitas baik dalam negeri maupun yang dari luar negeri, penguatan peran  pemerintah daerah hingga desa dan kelurahan, serta penggunaan aplikasi digital untuk filtrasi;  harus dilakukan secara terintegrasi guna mempertahankan pencapaian yang telah didapatkan, 

“Ini jadi tugas bersama. Masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek melainkan subyek yang  harus berjuang bersama. Jadi ini adalah perjuangan semesta melawan bencana biologis berupa  virus,” papar Alexander. 

Menurutnya, sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, terdapat 2 gerakan yang  dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif  yakni meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T. 

Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar, harus tetap  digaungkan dan tidak boleh berhenti.  

Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza juga menegaskan hal yang sama.  

“Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang  belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga  80% dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73%,” jelas Dilla. Menurutnya,  memakai masker sama seperti memakai baju sehingga harus selalu dikenakan saat bertemu orang  lain.  

“Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi prokes ketat, kalau perlu,  lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” kata Dilla.  

3. Semua masyarakat harus mendukung program pemerintah dalam hadapi pandemi

Prokes Menuju Endemi: Tetap Pakai Masker Walau Sudah VaksinasiPersonil Sat Sabhara Polres Mimika saat membagikan Masker kepada masyarakat yang tidak menggunakan masker saat beraktifitas (Dokumentasi Bag Humas Polres Mimika / Istimewa)

Kewaspadaan memang tidak boleh ditanggalkan. Founder & CEO Young on Top (YOT), Director  Kejora-SBI Orbit Indonesia, Billy Boen, mengungkapkan bahwa jangan sampai masyarakat berpikir pandemi telah usai kemudian mengendorkan perlindungan kesehatan.  

Ia berharap, semua orang terutama anak muda yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, tetap  peduli dan mendukung program-program pemerintah dalam penanganan pandemi, karena  ancaman munculnya gelombang ketiga masih ada di sekitar kita.

Masa pandemi, menurut Billy, memang menyulitkan sebagian pelaku usaha. Namun ada juga yang  mendapatkan kemudahan, seperti mereka yang bergerak dalam sektor digital. Kepada para pelaku  usaha agar dapat bertahan di masa transisi, Billy memberikan saran. 

“Jaga keuangan, siapkan dana darurat. Selain itu, digitalitasi. Bidang apa pun, baik jasa maupun  produk harus masuk ke ranah digital,” katanya. (WEB)

Topik:

  • Jordi Farhansyah

Berita Terkini Lainnya