Jakarta, IDN Times - Gelombang baru pandemik yang melanda Indonesia telah meruntuhkan satu per satu garda terdepan perlawanan COVID-19. Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, hingga tingkat kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan yang menurun drastis telah mempertebal masalah di tengah pandemik.
Munculnya varian baru COVID-19 yang terus bermutasi turut berdampak pada penanganan virus di Tanah Air. Fasilitas kesehatan kolaps, tak mampu lagi membendung pasien. Sementara, angka kasus kematian terus mengalir bagaikan air bah. Pemandangan antrean mobil jenazah di banyak pemakaman bukan hal baru lagi, mirisnya nyawa masyarakat seakan tak lagi berharga.
Upaya demi upaya masih dilakukan pemerintah, namun permasalahan juga mengikuti di belakangnya. Salah satunya masalah pembangunan fasilitas kesehatan (faskes). Pembangunan faskes boleh saja masif, namun sayangnya tak sejalan dengan ketersediaan dan kekuatan tenaga kesehatan yang ada.
Ketua Dokter Indonesia Bersatu (DIB) Dokter Eva Sri Diana Chaniago, mengakui gencarnya pembangunan faskes tidak sebanding dengan kekuatan tenaga kesehatan, alat dan obat-obatan yang tersedia.
"Ini pasien dikumpulin, diadain tempat banyak-banyak, obatnya gak ada, alat bantunya gak ada, jadi lagi ngapain mau lihat pembunuhan massal, coba logikanya, tenaga segitu-gitu aja, malah makin kurang," kata dia kepada IDN Times, Senin (19/7/2021) malam.