Kuliah Daring, Cara Kemenristekdikti Gaet Mahasiswa Millennials

Yogyakarta, IDN Times - Pendidikan dituntut untuk terus berinovasi seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Cukup berbekal gadget, generasi millennials bisa belajar di mana saja tanpa memerlukan tatap muka.
Tak ingin ketinggalan dengan anak muda zaman now, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pun melakukan terobosan pendidikan perguruan tinggi melalui Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA).
Kendati implementasinya dinilai belum maksimal, sejak diluncurkan pada 2014, SPADA terus berupaya menggaet mahasiswa millennials.
1. Sistem SPADA harus diperbaiki

Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, sistem SPADA harus segera diperbaiki, terutama terkait keamanan data.
"Karena ada beberapa peraturan lain terkait kuliah daring, ini yang harus diperbaiki. Target saya 2017 kemarin, tapi ini termasuk berhasil. Tahun ajaran baru, September 2018 ini harus sudah clear. Dirjen kelembagaan sudah menyiapkan, jadi SPADA harus terkoneksi sama yang lain. Ada cyber institute yang harus kami buat dan jalankan," ujar Nasir usai peresmian Gedung Pusat Pembelajaran (Learning Center) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Sabtu (4/8).
2. Kuliah daring upaya menghadapi perkembangan teknologi

Menurut Nasir, kuliah daring adalah salah satu cara menghadapi perkembangan teknologi. Dalam Learning Center di FEB UGM, misalnya, diberikan pembelajaran berteknologi tinggi guna menjawab tantangan dunia yang berubah cepat.
"Dalam smart building, Learning Center memberikan banyak pembelajaran. Dulu belajar hanya di kelas. Ke depan, gak hanya di kelas karena tekonologi semakin baik. Kuliah bisa di luar ruangan. Namun, kolaborasi konvensional learning dan e-learning tetap penting. Ke depan, kampus akan menjadi class roomless. Inovasi sangat penting," tuturnya.
Hingga saat ini, tercatat sekitar 12 perguruan tinggi yang menawarkan sistem kuliah daring. Nasir mengatakan, target ada 30 perguruan tinggi, namun masih memerlukan banyak perbaikan. Ke depan, diharapkan akan semakin banyak perguruan tinggi yang menerapkan sistem kuliah daring.
3. UGM terus berinovasi

Sementara, Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, beberapa fakultas telah menjalankan kuliah daring. Selain itu, UGM juga berinovasi dalam hal memberikan nilai mata kuliah kepada mahasiswa.
"Inovasi kami lakukan agar pembelajaran daring jadi semakin hidup di universitas. Kami tengah menggodok peraturan, nilai mata kuliah bisa dicapai mahasiswa melalui kegiatan lain, misal mahasiswa bisa mendapatkan nilai A dengan aktif di lomba robot. Kompetensi kami kedepankan karena anak-anak zaman now, kan, banyak yang aktif di luar kelas," tuturnya.