Dubes Sudan: Konflik yang Terjadi Bukan Perang Saudara!

RSF ingin mengkudeta pemerintahan sah Sudan

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Yassir Mohamed Ali, mengungkapkan konflik antara militer Sudan dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) bukanlah perang saudara.

Dia membantah hal itu dan mengungkapkan peperangan tidak seperti yang diberitakan oleh media asing atau barat.

“Izinkan saya mengklarifikasi satu poin dan menegaskan kembali bahwa tidak ada perang saudara di Sudan. Kami harus menyebutkan ini dengan jelas lagi, dan lagi, dan sekali lagi, tidak ada Perang saudara di Sudan,” kata dia dalam konferensi pers di rumah Duta Besar Sudan, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/5/2023).

"Jadi, tidak ada civil war seperti yang diramaikan oleh beberapa media barat," ujarnya.

Yassir mengungkapkan jika konflik itu merupakan upaya penggulingan dari RSF kepada pemerintahan yang berkuasa atau disebut juga sebagai kudeta. Dia meminta agar kondisi ini bisa dipahami bukan sebagai perang saudara.

1. Bakal bertemu Menlu bahas perkembangan konflik

Dubes Sudan: Konflik yang Terjadi Bukan Perang Saudara!Kondisi Sudan saat ini, 23 April 2023. (dok. KBRI Khartoum)

Dia juga mengatakan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri (RI) Retno Marsudi untuk melaporkan dan berkomunikasi soal konflik yang terjadi di Sudan.

"Mengenai konflik, kita akan bertemu Menteri Luar Negeri (Retno) dan melaporkan perkembangan terkahir," ujarnya.

Baca Juga: [FOTO] Tentara Anak di Konflik Sudan, Pegang dan Kantongi Senjata

2. Sebanyak 528 orang telah tewas dalam konflik ini

Dubes Sudan: Konflik yang Terjadi Bukan Perang Saudara!Ilustrasi perang/konflik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sedikitnya 528 orang telah tewas dan lebih dari 4.200 orang terluka sejak konflik antara militer Sudan dengan paramiliter RSF pecah pada 15 April 2023. Konflik tersebut lalu menyebar ke wilayah Darfur.

Dilansir Al Jazeera pada Selasa (2/5/2023), militer Sudan dan paramiliter RSF bakal memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam lagi mulai kemarin. Gencatan senjata selama 72 jam putaran kedua sedianya telah berakhir pada Minggu malam kemarin.

3. Banyak WNI yang bersekolah di Sudan

Dubes Sudan: Konflik yang Terjadi Bukan Perang Saudara!Sejumlah petugas melakukan pemeriksaan kesehatan WNI dari Sudan setibanya di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Jumat (28/4/2023). (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Kondisi konflik ini berdampak juga pada WNI itu. Yassir mengatakan saat ini warga Indonesia yang ada di Sudan saat ini sudah seluruhnya dievakuasi. Sebab, banyak dari mereka yang berada di Ibu Kota Sudan, Khartoum.

"Mereka sudah dievakuasi dengan kedutaan besar Indonesia di Khartoum. Saya berharap jika kondisi sudah membaik, mereka bisa kembali lagi ke Sudan untuk menuntaskan studi," katanya.

"Mereka belajar di beberapa universitas di Khartoum. Kami menerima banyak pelajar Indonesia karena universitas kami cukup terkenal di kalangan Indonesia," lanjut dia.

Baca Juga: Korban Konflik Sudan Terus Berguguran, 528 Orang Dilaporkan Tewas

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya