Emak-Emak Sasaran Politik Uang, Komnas: Karena Pandangan Patriarkis

Posisi tawar di masyarakat jadi sasaran

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, mengangkat isu mengenai emak-emak yang menjadi sasaran politik uang dalam momen politik. 

Menurutnya, pandangan patriarkis terhadap perempuan turut berkontribusi pada fenomena ini, dengan anggapan bahwa perempuan, terutama ibu rumah tangga, cenderung tergoda oleh uang.

“Kenapa perempuan jadi sasaran politik uang di momen politik? karena pandangan Patriarkis sebetulnya, bahwa itu emak-emak dan ibu itu sukanya uang karena mereka ibu rumah tangga,” kata dia dikutip dari Youtube Komnas Perempuan, Jumat (2/2/2024).

1. Posisi tawar di masyarakat jadi sasaran

Emak-Emak Sasaran Politik Uang, Komnas: Karena Pandangan PatriarkisPuskesmas di Kota Cimahi Melakukan Penyuluhan Terhadap Ibu-ibu. (Istimewa)

Mariana mengatakan, kelompok rentan, seperti perempuan yang tidak memiliki kekuatan sosial dan posisi tawar di masyarakat, sering menjadi sasaran yang mudah dimanfaatkan politik.

"Kelompok rentan ini, yang tidak memiliki kekuatan dan status sosial yang cukup di masyarakat, rentan untuk dimanfaatkan secara politik,” ujarnya

Baca Juga: Prihatin Kondisi Politik, Sivitas Akademika UI Gelar Aksi Hari Ini

2. Termasuk anak muda yang masih mencari identitas

Emak-Emak Sasaran Politik Uang, Komnas: Karena Pandangan PatriarkisSuasana acara Indonesia Millennial and Gen Z Summit (IMGS) 2023. (IDN Times/Tata Firza)

Kelompok rentan yang dimaksud Mariana ini juga termasuk anak muda, mereka yang masih mencari identitas dan membutuhkan dukungan sosial untuk eksistensi mereka.

Dia menyayangkan jika penyelenggara pemilu, termasuk kubu capres, cawapres, dan Pilkada, memiliki niat yang kurang baik dengan menyadari bahwa kelompok rentan merupakan sasaran yang potensial untuk mendapatkan suara.

3. Berisiko rusak perdamaian

Emak-Emak Sasaran Politik Uang, Komnas: Karena Pandangan PatriarkisPemeriksaan kesehatan balita di posyandu.(Dok.Diskominfo Bantul)

Menurutnya, menggunakan orang-orang dari masyarakat akar rumput, seperti ibu-ibu dan anak-anak remaja yang rentan, bukan hanya melanggar hak asasi manusia saja, tetapi juga berisiko merusak perdamaian.

"Penting untuk tidak menggunakan kelompok rentan sebagai alat untuk mendulang suara. Ini melanggar hak asasi manusia mereka dan dapat berdampak negatif terhadap perdamaian," kata Mariana.

Baca Juga: Perbedaan BLT Pangan dan Bansos Beras yang Cair Jelang Pilpres 2024

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya