Kasus Mutilasi 4 Orang di Papua, KontraS: Kepala Belum Ditemukan

Satu orang korban masih usia anak

Jakarta, IDN Times - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyoroti secara tajam peristiwa pembunuhan disertai mutilasi yang terjadi di Mimika, Papua, pada 22 Agustus 2022, yang menimpa empat orang warga sipil.

Empat korban warga sipil yakni Arnold Lokbere (AL), Irian Nirigi (IN), Lemaniol Nirigi (LN), dan Jenius Tini (JT). Mereka diketahui berasal dari Kabupaten Nduga, Papua.

Wakil Koordinator KontraS, Rivanlee Anandar menjelaskan, pihaknya telah melakukan investigasi untuk mendalami informasi dari sejumlah pihak seperti keluarga korban. Setidaknya ada sejumlah fakta yang ditemukan KontraS dalam kasus ini.

"Bahwa peristiwa mutilasi ini saya mau juga ingin tarik ke konteks Papua yang lebih besar, karena ini tidak bisa dilepaskan bahwa kasus ini tunggal begitu saja," kata dia di kantor KontraS, kawasan Senen, Jakarta, Jumat (23/9/2022).

Baca Juga: Seorang Mayor TNI Pelaku Mutilasi di Papua Pakai Senjata Rakitan 

1. Tuduhan empat korban terlibat gerakan separatis tidak terbukti

Kasus Mutilasi 4 Orang di Papua, KontraS: Kepala Belum DitemukanPenyampaian Temuan atas Hasil Investigasi Kasus Pembunuhan dan Mutilasi Empat Warga Sipil di Mimika, Papua oleh KontraS, Jumat (23/9/2022) (IDN Times/ Lia Hutasoit)

KontraS mengatakan, tuduhan bahwa keempat korban terlibat gerakan separatis kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tidak terbukti. Tuduhan itu, kata Rivanlee, bertolak belakang dengan kesaksian keluarga yang disertai bukti pendukung.

Korban AL adalah pengurus gereja yang juga ditunjuk sebagai panitia pembangunan gereja. Korban IN merupakan pejabat aktif Kepala Desa Kampung Yunat sekaligus pengurus gereja di Kenyam, Nduga. Adapun korban LN, beraktivitas sehari-hari sebagai sopir perahu yang menunggu pesanan antar atau jemput dari Nduga-Jita-Timika, serta satu korban lainnya ternyata masih berusia anak yakni AT yang belakangan ternyata nama aslinya berinisial JT (17)

"Bahwa satu korban ternyata seorang anak," ujarnya.

2. Tersangka militer dan sipil diduga dalam lingkaran bisnis penimbunan BBM

Kasus Mutilasi 4 Orang di Papua, KontraS: Kepala Belum Ditemukanilustrasi harga BBM (IDN Times/Aditya Pratama)

Tersangka militer dan sipil diduga menjalin hubungan bisnis terkait penimbunan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Keterangan ini didapat dari warga sekitar gudang. Selain itu, KontraS mengatakan, dalam kasus ini minim bukti soal jual beli senjata api.

"Tuduhan sedari awal sejak dilakukan pengusutan, upaya yang coba dinaikkan adalah opini keduanya terlibat jual beli senjata api," kata dia.

"Sekalipun ada jual beli senjata api, itu adalah tanggung jawab TNI, kenapa itu bisa terjadi," lanjut Rivanlee.

3. Kepala korban sampai saat ini belum ditemukan

Kasus Mutilasi 4 Orang di Papua, KontraS: Kepala Belum Ditemukan(Ilustrasi garis polisi) Polisi memasang garis dilarang melintas (IDN Times/Fadly Syahputra)

Seluruh jenazah korban ditemukan dalam kondisi tidak lengkap, dan sejumlah potongan tubuh seperti kepala, tangan, dan kaki belum ditemukan hingga saat ini.

"Sampai siaran pers ini terjadi, potongan bagian kepala tidak ditemukan, atas kondisi tersebut kami menduga ada kemungkinan-kemungkinan lain kepala ini tidak dibuang, atau tidak dimasukkan ke dalam karung, yang mana bisa jadi ditembak dan pecah. Itu kemungkinan-kemungkinan yang mungkin timbul, karena belum ditemukan kepala hingga hari ini," katanya.

Selain itu, ada luka tembak di dua jenazah korban, salah satunya adalah AL di bagian paha dan perut. Dari pengelihatan mata keluarga, pasalnya keluarga belum terima hasil autopsi. 

4. Awalnya polisi tak bantu keluarga cari jenazah

Kasus Mutilasi 4 Orang di Papua, KontraS: Kepala Belum DitemukanPenyampaian Temuan atas Hasil Investigasi Kasus Pembunuhan dan Mutilasi Empat Warga Sipil di Mimika, Papua oleh KontraS, Jumat (23/9/2022). (IDN Times/ Lia Hutasoit)

KontraS juga menyoroti adanya upaya menghilangkan barang bukti dan lari dari pertanggungjawaban pidana, mulai dari mutilasi, pembakaran mobil, dan pembuangan jenazah ke sungai.

Dalam laporannya, KontraS juga mengatakan, unsur negara dinilai tidak responsif sejak pertama kali jenazah ditemukan pada 26 Agustus 2022, yang terkonfirmasi merupakan korban AL. Saat itu keluarga langsung meminta pertolongan untuk pencarian ke Polres dan kantor SAR Mimika. Namun, keluarga akhirnya mencari sendiri karena tak ada tanggapan, sehingga membuat proses pencarian jenazah menjadi sulit.

5. Autopsi dilakukan tanpa memberitahu keluarga korban

Kasus Mutilasi 4 Orang di Papua, KontraS: Kepala Belum Ditemukanilustrasi korban menjalani perawatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Selanjutnya, juga diduga ada pelanggaran prosedur dalam proses autopsi. Disebutkan, proses autopsi terhadap keempat jenazah korban dilakukan atas permintaan penyidik Reskrim Polres Mimika, tanpa memberitahu keluarga.

Terakhir adalah tidak ada agenda pemulihan yang terencana. Sejak peristiwa pembunuhan dan mutilasi ini terungkap, keluarga korban tidak pernah sekalipun diajak berdiskusi terkait agenda reparasi terhadap kerugian yang diderita keluarga korban.

Institusi negara yang berwenang seperti LPSK dan semacamnya, dinilai tak punya itikad baik untuk menyembuhkan atau meringankan beban penderitaan yang dialami keluarga empat korban pembunuhan serta mutilasi ini.

Baca Juga: Komnas HAM Duga Korban Mutilasi TNI Disiksa sebelum Dieksekusi

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya