Laporan Hari Anak Perempuan, Aktivis Hadapi Tantangan dan Ancaman

Hadapi ancaman dan pelecehan

Jakarta, IDN Times - Kegiatan aktivisme anak perempuan memengaruhi gerak dan pemikiran anak-anak perempuan itu sendiri. Perubahan yang ada berasal dari buah pikir dan tindakan mereka. Dalam rangka peringatan Hari Anak Perempuan Internasional 2023, Plan International melihat perspektif anak perempuan terkait tantangan dan hambatan yang mereka hadapi.

Ada seribu aktivis anak dan kaum muda perempuan dengan rentang usia 15-24 tahun dari 26 negara yang berpartisipasi dalam laporan State of the World’s Girls bertema: Turning the World Around: Girl and Young Women Activist Leading the Fight for Equality. 

“Perspektif mereka dalam laporan ini termasuk bagaimana perlakuan yang mereka diterima, sejauh apa perasaan aman yang mereka rasakan, tantangan mereka terus melanjutkan gerakannya serta pertanyaan kunci lainnya,” tulis Plan dalam keterangan yang diterima, Kamis (19/10/2023).

Baca Juga: Polres Jaksel Cek Video Viral Perempuan Tenggelamkan Bayi ke Ember

1. Kesetaraan gender jadi isu yang paling penting

Laporan Hari Anak Perempuan, Aktivis Hadapi Tantangan dan AncamanIlustrasi gender. (IDN Times/Aditya Pratama)

Aktivis anak perempuan dan kaum muda perempuan mengalami tantangan dalam aktivitasnya, mulai dari menyempitnya dan berubahnya ruang kebebasan berekspresi masyarakat sipil. Seperti diketahui Hari Anak Perempuan diperingati setiap 11 Oktober.

Perspektif mereka dalam laporan ini termasuk bagaimana perlakuan yang mereka alami, sejauh apa perasaan aman yang dirasakan, tantangan terus melanjutkan gerakannya, dan hal-hal lainnya terkait aktivisme anak dan kaum muda perempuan.

Dalam laporan ini ditemukan aktivisme anak perempuan ternyata menciptakan perubahan. Hal ini diyakini 61 persen responden survei. Mereka mengatakan dampak aktivisme perempuan yang sudah memenuhi dan melampaui harapan.

“Kesetaraan gender adalah isu yang paling penting bagi aktivis perempuan, temuan ini diungkapkan 60 persen responden yang menyebutkan kesetaraan gender atau kekerasan berbasis gender sebagai isu prioritas,” tulis Plan International.

2. Dapat respons negatif dari anggota keluarga

Laporan Hari Anak Perempuan, Aktivis Hadapi Tantangan dan AncamanIlustrasi. IDN Times/Galih Persiana

Bukan hanya itu, aktivisme berdampak besar pada kesehatan mental anak perempuan dan bisa merugikan pribadi yang besar. Sebanyak 25 persen mengungkapkan mereka cemas dan khawatir secara emosional saat terlibat dalam kegiatan aktivisme.

“Satu dari empat atau 27 persen anak perempuan menyebutkan adanya respon negatif dari anggota keluarga atau komunitas mereka,” sebut Plan International.

Baca Juga: Komnas Perempuan: Kekerasan Pacaran Urutan Kedua di Ruang Personal

3. Hadapi ancaman dan pelecehan hingga kekurangan dana

Laporan Hari Anak Perempuan, Aktivis Hadapi Tantangan dan AncamanIlustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Arief Rahmat)

Bukan hanya itu, sebanyak 95 persen anak perempuan dan perempuan muda mengatakan aktivisme yang mereka lakukan berdampak positif pada mereka. 

Banyak tantangan mulai dari ancaman kekerasan fisik atau 9 persen, pelecehan secara online hingga fitnah yang diterima para aktivis perempuan dan perempuan muda, karena menyuarakan isu-isu yang mereka pedulikan. Sebanyak 61 persen dari mereka yang disurvei menghadapi konsekuensi negatif karena aktivisme mereka. 

Selain itu, ternyata anak dan kaum muda perempuan mengalami hambatan kekurangan dana sebesar 54 persen.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya