Pemprov DKI Enggan Pakai Istilah New Normal, Ini Kata Wagub
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wakil Gubernur DKIJakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak secara gamblang berani menggunakan istilah new normal.
Menurut Riza, penggunaan kata new normal bisa disalahartikan oleh masyarakat. Maka dari itu pihaknya lebih memilih menggunakan kata transisi.
"Kami belum berani menyebut kenormalan baru atau new normal. Karena menurut kami, kata 'normal' dapat berpotensi pemahaman di masyarakat seolah kita sudah aman, seolah sudah hilang virusnya, seolah-olah sudah bebas dan lain sebagainya,," kata dia dalam diskusi daring yang diselenggarakan Populi Center dan Smart FM Network, Sabtu (4/7/2020).
1. Hati-hati dalam pemilihan diksi normal baru
Transisi yang dimaksud oleh Pemprov adalah masa di masyarakat sedang menuju ke arah sehat, aman dan produktif. Dengan pemilihan diksi ini, Riza mengatakan bahwa pihaknya lebih hati-hati.
"Tidak hanya hati-hati, kami ingin memastikan di masa ini virus masih ada. Selama virus masih ada berarti itu potensi penyebaran, bahaya, dan apalagi vaksinnya belum ditemukan hingga hari ini," ujarnya.
Baca Juga: Pengamat: Indonesia Gak Menyongsong New Normal, tapi New Backward!
2. Kata transisi dipakai supaya warga sadar Jakarta belum masuk new normal
Penyebutan transisi, kata Riza, supaya batasan di masyarakat terlihat jelas antara PSBB murni dengan masa sehat, aman, produktif, atau new normal. Penggunaan istilah ini juga menurut dia supaya masyarakat sadar bahwa DKI Jakarta belum masuk ke new normal.
Editor’s picks
"Ternyata Jakarta belum new normal, atau Jakarta belum sehat, aman, produktif. Jakarta masih antara PSBB murni dan PSBB atau masa sehat, aman, produktif, jadi jelas batasannya, jadi kita masih menuju (ke normal baru)," katanya.
3. Walau dilonggarkan, masyarakat paham Jakarta belum masuk normal baru
Walau pun memang di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi ini sudah dilakukan pelonggaran aktivitas, pihaknya membatasi kapasitas fasilitas umum maksimal 50 persen.
Menurut dia, masyarakat memang merasa senang dengan adanya pelonggaran karena sudah lama tidak beraktivitas secara bebas, namun, kata dia masyarakat Ibu Kota cenderung paham bahwa kondisi belum new normal.
"Itu artinya masyarakat menyadari bahwa virus masih ada dan masih perlu hati-hati," kata dia.
4. Pengunjung mal tidak membludak
Riza juga mengklaim bahwa setelah DKI Jakarta melakukan pelonggaran di sejumlah fasilitas publik di masa PSBB transisi, kondisi di mal tidak begitu ramai seperti yang dia perkirakan, walau pun Pemprov DKI Jakarta sudah memberi izin batas kapasitas 50 persen.
Menurut dia masyarakat cukup paham bahaya COVID-19, sehingga mengurungkan niat untuk pergi ke mal.
"Tidak terjadi ledakan, bahkan kurang dari yang disyaratkan, yang diperbolehkan 50 persen, kita cek rata-rata 20 sampai 30 persen saja" ujarnya.
Baca Juga: Wagub Riza Patria Imbau Warga Berdamai dan Dansa dengan Virus Corona