Psikolog: Karakteristik Bullying, Pengulangan kepada Korban yang Sama

Belajar dari kasus siswa SMP bakar sekolah

Jakarta, IDN Times - R (13), seorang pelajar SMP di Tulungagung, Jawa Tengah, membakar sekolahnya. R nekat melakukan hal itu karena mengaku kerap dirundung (bully) oleh teman dan gurunya.

Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Pendidikan Hanlie Muliani mengatakan, tindakan kekerasan masuk dalam kategori bullying (perundungan) jika dilakukan berulang kali.

"Karakteristik kekerasan itu sudah menjadi ranah bullying adalah pertama adanya pengulangan. Pengulangan dilakukan oleh pelaku yang sama dan korban yang sama," kata Hanlie dalam program Ngobrol Seru by IDN Times, dilansir Kamis (6/7/2023).

Baca Juga: Fakta-Fakta Siswa SMP Bakar Sekolah, Sakit Hati karena Sering Di-bully

1. Korban kerap ditarget meski tak punya kesalahan

Psikolog: Karakteristik Bullying, Pengulangan kepada Korban yang SamaPsikolog Klinis Anak, Remaja dan Pendidikan Hanlie Muliani, M. Psi dalam program Ngobrol Seru by IDN Times, Rabu (6/7/2023) (Youtube/IDN Times)

Jika tindakan kekerasan sudah menjadi perundungan, korban kerap menjadi sasaran meski tak melakukan kesalahan. Korban mendapat perlakuan tak baik, mulai dari serangan verbal, fisik, hingga psikologis. Apalagi, saat ini bullying juga berisiko terjadi di media sosial, lewat serangan siber.

Hanlie menambahkan, selain itu ada intensi dalam melakukan bullying. Menurutnya, perundungan terjadi karena kepuasan pelaku saat melakukan kekerasan kepada korban.

Selain itu, Hanlie menyebut, perundungan terjadi karena kekuatan antara pelaku dan korban tak seimbang.

"Kalau misalnya kekerasan itu dia alami setiap hari, bahkan ditambah sekarang bisa melalui siber, jadi korban tetap bisa mendapatkan bully dari temannya meskipun sudah pulang dari sekolah seperti itu," ujarnya.

2. Bullying berbeda dengan konflik

Psikolog: Karakteristik Bullying, Pengulangan kepada Korban yang SamaIlustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Hanlie menegaskan, bullying berbeda dengan konflik. Dalam konflik, ada masalah antara korban dan pelaku. Selain itu, tak ada pengulangan tindakan kekerasan dalam konflik. Sementara bullying memiliki intensi.

"Beda dengan konflik, kalau konflik kan saya lagi ada masalah dengan dia, saya marah sama dia. berantem sekarang gitu, jadi enggak perlu ditutup- tutupi karena ada konflik," katanya.

Ia menegaskan, perundungan kerap tak diketahui orangtua, guru, dan sekolah. Perbuatan itu tak jarang hanya diketahui beberapa pelaku dan korban.

"Karena jarang pelaku bully melakukan bullying di depan figur-figur tersebut dengan sengaja," katanya.

Baca Juga: Marak Kasus Bullying, KemenPPPA Jelaskan Upaya Perlindungan Anak

3. Adanya rasa frustasi karena bully yang dialami

Psikolog: Karakteristik Bullying, Pengulangan kepada Korban yang SamaIlustrasi api, Kebakaran (IDN Times/Arief Rahmat)

Kekerasan yang berulang kali dialami bisa membuat korban frustasi. Apalagi, saat korban tak lagi percaya dengan lingkungannya.

Hanlie menyebut, perbuatan R membakar sekolah mengindikasikan wujud rasa frustasi. 

"Maaf tapi kalau ini sampai membakar sekolah, mungkin anak ini juga mengalami frustasi ya terhadap apa yang terjadi terhadap sekolah dan guru misal, dia di-bully cerita ke guru ke sekolah, tetapi mungkin guru dan sekolah menganggap ini cerita tidak benar," katanya.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya