Sekolah Buka Juli 2020, IDAI Minta Belajar dari Rumah Dilanjutkan

Kemungkinan bulan Juli wabah belum teratasi dengan baik

Jakarta, IDN Times - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta agar kegiatan belajar anak usia sekolah dan remaja sebaiknya dilaksanakan dengan metode jarak jauh. Terkait dengan wacana pembukaan sekolah Juli 2020, IDAI meminta agar pemerintah tidak melakukannya.

Ketua Umum IDAI, Dr. Aman B Pulungan, menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan untuk menghindari transmisi langsung anak dan remaja saat berada di kerumunan.

"Ikatan Dokter Anak Indonesia menyampaikan apresiasi atas keandalan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengembangkan berbagai bentuk pembelajaran jarak jauh, termasuk bentuk kegiatan belajar daring. Hal ini disarankan untuk tetap dilanjutkan, mengingat kemungkinan bulan Juli wabah belum teratasi dengan baik," kata dia melalui keterangan resmi, Sabtu (23/5).

1. Pelonggaran PSBB harus perhatikan risiko penularan pada anak

Sekolah Buka Juli 2020, IDAI Minta Belajar dari Rumah DilanjutkanPekerja merapikan tempat tidur di area hotel di SMK Negeri 27 Jakarta, Selasa (21/4/2020). Pemprov DKI Jakarta menyiapkan sejumlah sekolah sebagai tempat tinggal tenaga medis dan ruang isolasi pasien COVID-19. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Dia juga mengatakan bahwa wacana pelonggaran hingga penghentian Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) harus bisa berdasar pada analisis kurva epidemiologi yang dilihat secara saksama, dan meyakinkan, sehingga tidak membuat anak semakin berisiko terkena COVID-19.

"Kegiatan pendidikan anak usia dini sebaiknya dilakukan di rumah dalam lingkungan keluarga dalam bentuk stimulasi berbagai ranah perkembangan dalam lingkungan penuh kasih sayang oleh anggota keluarga yang sehat," kata Dr. Aman.

Baca Juga: 800 Anak Terpapar COVID-19, KPAI: Sekolah Bisa Jadi Klaster Baru

2. Utamakan pembatasan fisik agar penularan ke anak berkurang

Sekolah Buka Juli 2020, IDAI Minta Belajar dari Rumah Dilanjutkan(Ilustrasi anak-anak) IDN Times/Lia Hutasoit

Maka dari itu, Dr. Aman meminta agar tatanan kehidupan normal baru bisa disesuaikan dalam interaksi sosial budaya. Masyarakat harus bisa mengutamakan pembatasan fisik guna mencegah penyebaran COVID-19. Mulai dari beribadah, belajar, berkegiatan di rumah saja.

"Sebaiknya menghindari kontak fisik yang berisiko penularan, seperti mencium bayi. Anggota keluarga yang terpaksa keluar rumah untuk bekerja, terutama yang berisiko misalnya nakes (Tenaga Kesehatan), pengguna angkutan umum, bekerja di tempat keramaian, dan sebagainya, harus tetap melakukan pengendalian infeksi baik saat di tempat bekerja maupun saat tiba di rumah," kata dia.

3. Sebanyak 3.324 anak berstatus PDP

Sekolah Buka Juli 2020, IDAI Minta Belajar dari Rumah DilanjutkanIDN Times/Lia Hutasoit

IDAI menginformasikan bahwa jumlah anak yang terkonfirmasi virus corona atau COVID-19 di Indonesia ternyata berjumlah 3.324 anak berstatus pasien dalam pengawasan (PDP), sebanyak 129 di antaranya meninggal dunia dengan status PDP. 

"Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaksanakan upaya deteksi kasus pada anak secara mandiri dan mendapatkan data bahwa hingga tanggal 18 Mei 2020 diketahui jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 3.324 anak, 129 anak berstatus PDP meninggal, 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, dan 14 anak meninggal akibat COVID-19," kata dia.

Baca Juga: Ada 3.324 Anak di Indonesia Berstatus PDP COVID-19, Ratusan Meninggal

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya