Tutup Kesenjangan dengan Memberdayakan Perempuan di Ranah Digital

Banyak tantangan perempuan di dunia digital

Jakarta, IDN Times -  Pemberdayaan perempuan di bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi satu hal yang penting. Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Lenny N. Rosalin mengatakan, pembangunan teknologi punya peran dalam indeks pembangunan manusia, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga kesehatan.

Dalam paparannya, Lenny menyampaikan data bahwa dalam 12 tahun sejak 2011 hingga 2022, ada peningkatan indeks pembangunan manusia yang terjadi di Indonesia dari angka 67.09 menjadi 72.91.

Namun ternyata garis peningkatan indeks pembangunan perempuan masih lebih rendah dari laki-laki, di mana pada 2022 poin perempuan adalah 70.31 sedangkan laki-laki 76.73.

"Meskipun kita sudah berhasil meningkat terus, tetapi kesenjangannya harus kita tutup. Inilah Kartini digital jadi salah satu momentum untuk mengangkat para perempuan seluruh Indonesia, jadi InsyaAllah gap-nya bisa mengecil," kata dia, dalam acara Kartini Digital "Perempuan Indonesia Berdaya di Dunia Digital" yang diadakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (16/5/2023).

Baca Juga: Komnas Perempuan: PKPU No 10 2023 Persempit Ruang Politik Perempuan

1. Tantangan perempuan di dunia digital

Tutup Kesenjangan dengan Memberdayakan Perempuan di Ranah DigitalAgenda Kartini Digital "Perempuan Indonesia Berdaya di Dunia Digital" yang diadakan di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (16/5/2023). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Sementara,  Perencana Ahli Madya Koordinator Direktorat Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/Bappenas Dewi Sri Sotijaningsih menjelaskan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, proporsi remaja dan dewasa usia 15-29 tahun dengan keterampilan TIK untuk laki-laki sebesar 78,41 persen dan perempuan 71,84 persen. Hal ini juga memang dipengaruhi sejumlah tantangan perempuan di dunia digital.

"Ini kita lihat ada kesenjangan akses, padahal kesenjangan itu antar daerah. Kemudian keterjangkauan itu juga jadi tantangan, kemudian bias sosial budaya ini mungkin jadi PR kita bersama. Kemudian keamanan, pengalaman negatif perempuan di internet, cyber bullying, dan sebagainya," kata dia.

2. Ancaman siber yang banyak terjadi

Tutup Kesenjangan dengan Memberdayakan Perempuan di Ranah DigitalIlustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Seiring dengan kemajuan teknologi yang ada, berbagai risiko juga harus dihadapi pengguna teknologi, tak terkecuali perempuan. Direktur Keamanan Siber dan Sandi Industri Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Intan Rahayu dalam kesempatan ini juga membahas berbagai jenis ancaman siber yang banyak terjadi. Salah satunya adalah ransomware attack yang merupakan jenis serangan malware dengan mengenkripsi data korban dan mencegah akses hingga pembayaran uang tebusan dilakukan.

"Jenis-jenisnya juga banyak bagaimana bisa mengenkripsi file, mengunci sistem kemudian melakukan beraksi sebagai software yang palsu untuk bisa melakukan scareware, kemudian juga ada doxing, kemudian ransomware as a service, pelaku-pelaku ransomware ini dibayar untuk menyasar targetnya," kata dia.

3. Pengembangan SDM jadi hal penting

Tutup Kesenjangan dengan Memberdayakan Perempuan di Ranah Digitalilustrasi perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Bukan hanya membahas soal keamanan perempuan di ranah siber, keterlibatan perempuan dalam pengembangan teknologi juga jadi satu sisi yang penting. Director of Government Affairs PT Huawei Tech Investment, Yenty Joman mengatakan, hingga 2030 digital talent yang dibutuhkan di Indonesia mencapai 9 juta orang atau 600 ribu per tahun. Huawei dalam hal ini berupaya mengejar keterbutuhan talent digital dengan bermitra bersama sejumlah kementerian dan berbagai universitas yang ada di Indonesia.

"Saya kira ini adalah PR kita bersama, bahwa SDM ini harus kita upgrade dulu dari sisi kompetensi, kemudian tadi bicara cyber security teknologi itu dibuat untuk mempermudah dan memberi manfaat bagi kehidupan kita," katanya.

Baca Juga: KemenPPPA: ASN Perempuan Belum Banyak di Posisi Pimpinan 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya