UN Women: Berinvestasi pada Kesetaraan Gender Bisa Tingkatkan PDB
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pemberdayaan perempuan, UN Women, mengungkapkan pentingnya berinvestasi pada kesetaraan gender bagi perempuan. Hal ini bermanfaat untuk kemajuan negara.
"Manfaat berinvestasi pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan tidak hanya dinikmati oleh perempuan saja, tetapi juga masyarakat," ujar Kepala Program UN Women Indonesia Dwi Faiz, dalam media briefing memperingati Hari Perempuan Internasional di Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2024).
Maret adalah hari perempuan internasional yang diperingati dengan menyuarakan kondisi perempuan di dunia, termasuk soal kesetaraannya. Peringatan ini jatuh pada 8 Maret.
Baca Juga: Lindungi Pekerja Perempuan, Kemen PPPA dan Serikat Pekerja Dorong RP3
1. Kurangi kesenjangan gender bisa tingkatkan PDB
Studi PBB mengungkapkan, butuh 300 tahun untuk mencapai kesetaraan gender di seluruh dunia jika keadaannya seperti sekarang.
Padahal mengurangi kesenjangan gender di sektor pekerjaan dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita hingga 20 persen.
2. Kurangnya pendanaan untuk mencapai kesetaraan gender
Editor’s picks
Dwi menjelaskan, salah satu tantangan dalam mencapai kesetaraan gender pada 2030 adalah kurangnya pendanaan bagi upaya itu. Diperlukan tambahan dana sebesar 360 miliar dolar AS per tahun untuk mencapai kesetaraan gender. Jumlah ini setara dengan Rp5.616 triliun.
Selain itu, berinvestasi dalam layanan perawatan dan pekerjaan yang layak bagi perempuan, berpotensi ciptakan 300 juta lapangan pekerjaan pada 2035.
3. Tantangan dalam upaya pemberdayaan perempuan di UMKM
Dwi menyoroti berbagai tantangan dalam upaya pemberdayaan perempuan yang terlibat dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Perempuan wirausaha menghadapi beberapa tantangan serius. Tantangan pertama adalah akses keuangan, mencakup eksklusi sosial, kurangnya pengalaman dalam perbankan formal, serta kesulitan dalam mengajukan pinjaman karena minim literasi keuangan.
Kemudian berfokus pada inklusi digital. Dukungan diperlukan dalam memahami dan mendigitalisasi proses bisnis, serta meningkatkan literasi digital yang sesuai dengan kompetensi dan kedewasaan usaha, termasuk keamanan siber.
4. Kerja rumah tangga masih dibebankan pada perempuan
Selain itu, akses pasar juga menjadi hambatan dengan minimnya informasi pasar yang mengakibatkan terbatasnya inovasi dan kemampuan mengembangkan strategi, serta kesulitan memasuki platform e-commerce. Kemudian adanya tantangan norma sosial.
“Minimnya mentor, kerja rumah tangga dan perawatan yang masih dibebankan kepada perempuan,” ujarnya.