Ini Alasan Yudi Latif Memilih Mundur dari BPIP

Surat pengunduran diri sudah diterima Istana pada Jumat pagi

Jakarta, IDN Times - Kabar mengejutkan datang dari lembaga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Pasalnya, sang Kepala, Yudi Latief, memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada Kamis (7/6). 

Langkahnya untuk mundur mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Namun, gak sedikit yang memberikan dukungan atas langkahnya itu. Apa aja respons dari mundurnya Yudi?

1. Yudi Latief dinilai tidak cocok di BPIP

Ini Alasan Yudi Latif Memilih Mundur dari BPIPIDN Times/Fitang Aditia Budhi

Pakar hukum tata negara, Refly Harun, termasuk salah satu pihak yang mendukung langkah Yudi. Dia mengaku sudah memprediksi sejak lama Yudi tak akan betah di lembaga tersebut.

"Yudi Latief mundur? Saya tak kaget. Seorang moralis seperti dia tak akan betah berlama-lama di suatu lembaga semacam BPIP, yang bagi saya sendiri memang tak dibutuhkan. Pancasila harus hidup dari masyarakat secara bottom up, tidak top down dari negara. Negara cukup memberi contoh baik. Salut Yudi," ujar Refly dalam akun Twitter @ReflyHZ, Jumat (8/6).

2. Menyebut BPIP seperti 'kolam butek'

Ini Alasan Yudi Latif Memilih Mundur dari BPIPIDN Times/Fitang Aditia Budhi

Dukungan juga muncul dari Sekretaris Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu. Melalui akun media sosialnya, dia mengomentari berita kemunduran Yudi Latief.

"Ikan koi tidak akan bisa hidup di kolam yang airnya yang butek/keruh," kata dia. 

3. Istana sudah menerima surat pengunduran diri Yudi

Ini Alasan Yudi Latif Memilih Mundur dari BPIPIDN Times/Fitang Aditia Budhi

Yudi Latif secara mengejutkan mengumumkan kabar kemundurannya dari lembaga yang baru-baru ini yang disorot oleh publik lantaran gajinya yang dinilai kelewat fantastis. Menurut surat keputusan Presiden, gaji Yudi sebagai Kepala BPIP mencapai Rp 112 juta. 

Kritik pun datang dari berbagai pihak. 

"Salam Pancasila! Saudara-saudaraku yang budiman, Hari kemarin (Kamis, 07 Juni 2018), tepat satu tahun saya, Yudi Latif, memangku jabatan sebagai Kepala (Pelaksana) Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)--yang sejak Februari 2018 bertransformasi menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)," ujar Yudi dalam keterangannya. 

Dia mengaku dalam setahun itu, terlalu sedikit yang telah kami kerjakan untuk persoalan yang teramat besar.

Dia mengaku Lembaga penyemai Pancasila ini baru menggunakan anggaran negara untuk program sekitar Rp 7 miliar. Sebab, Pengarah dan Kepala Pelaksana baru dilantik pada 7 Juni 2017. Tak lama kemudian memasuki masa libur lebaran, dan baru memiliki 3 orang Deputi pada bulan Juli. 

Selanjutnya, Yudi mengatakan transformasi dari UKP-PIP menjadi BPIP membawa perubahan besar pada struktur organisasi, peran dan fungsi lembaga, serta dalam relasi antara Dewan Pengarah dan Pelaksana. Semuanya itu memerlukan tipe kecakapan, kepribadian serta perhatian dan tanggung jawab yang berbeda.

"Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit. Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan," ujarnya.

"Saya mohon pamit. "Segala yang lenyap adalah kebutuhan bagi yang lain, (itu sebabnya kita bergiliran lahir dan mati). seperti gelembung-gelembung di laut berasal, mereka muncul, kemudian pecah, dan kepada laut mereka kembali" (Alexander Pope, An Essay on Man)," kata dia menutup pernyataannya di media sosial. 

Sementara, staf khusus Presiden bidang komunikasi, Adita Irawati mengatakan pihak Istana telah menerima surat pengunduran diri Yudi pada Jumat pagi ini.

"Surat baru saja diterima pada pagi ini," kata Adita kepada IDN Times melalui pesan pendek.

Topik:

Berita Terkini Lainnya