Kisah Nasionalisme Dibalut Gaya Kekinian ala Lakon 'Sang Saka'

Eksistensi teater di tengah gempuran media sosial

Banjarmasin, IDN Times - Menampilkan teater agar bisa diterima oleh anak muda, rasanya sulit. Terlebih, anak muda saat ini lebih memilih untuk menyaksikan film, sinetron, atau tontonan di YouTube. 

Namun, sebagai salah satu kelompok teater yang telah lama berkiprah di dalam maupun luar negeri, sebuah kelompok seni teater bernama Teater Keliling, mampu mengatasi hal tersebut dengan kembali mempersembahkan lakon bertajuk Sang Saka. 

1. Kisah empat anak muda mencari Merah Putih

Kisah Nasionalisme Dibalut Gaya Kekinian ala Lakon 'Sang Saka'IDN Times/Linda Juliawanti

Kisah ini dibuka dengan percakapan empat anak muda dari berbagai daerah di Indonesia dengan orang tuanya. Meski berlatar berbeda, empat anak muda ini memiliki tujuan sama yakni merantau ke Ibu Kota. 

Mereka adalah Komer alias komersil, Koor alias korupsi, Patty alias Apatis, dan Dea alias idealis. Keempat tokoh ini merupakan penggambaran nyata bagaimana anak muda saat ini. 

Setibanya di Jakarta, mereka mencoba untuk mencari harta karun yang sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial. 

Harta karun berhasil mereka temukan, akan tetapi harta karun tersebut bukanlah sesuatu yang mereka bayangkan. Mereka justru menemukan sesosok Sang Saka yang telah lama terkubur. Sang Saka membawa mereka ke dalam sebuah dunia imajiner dimana terjadi napak tilas Proklamasi kemerdekaan 1945. 

Lakon yang menghadirkan kolaborasi seni tari, musik, dan nyanyian ini bisa dikatakan berhasil menyampaikan pesannya kepada masyarakat. 

"Bukanlah popularitas, tampil hits dan kekinian di media sosial, yang dibutuhkan anak muda di Indonesia, melainkan kebhinekaan, toleransi, dan jiwa cinta Tanah Air melalui lakon Sang Saka," ujar penulis naskah Dolfry lnda Suri kepada wartawan di Bukit Kiram, Banjarmasin, Sabtu (7/4). 

Baca juga: Mengenal Ketua MK Terpilih Anwar Usman, Anak Rantau Pecinta Teater

2. Disokong Bakti Budaya Djarum Foundation

Kisah Nasionalisme Dibalut Gaya Kekinian ala Lakon 'Sang Saka'IDN Times/Linda Juliawanti

Aksi Teater Keliling menebarkan kampanye cinta Tanah Air di beberapa kota di Indonesia ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.

Djarum turut serta mendampingi Teater Keliling di lima kota dan berkolaborasi dengan lima komunitas teater Indonesia, yaitu Cirebon bersama Dewan Kesenian Cirebon Kota, Pangandaran bersama Kampung Nusantara, Karawang bersama Lab Teater Lumbung, Banjarmasin bersama Teater Kita Banjarmasin, dan Palangkaraya bersama Institute Tingang Borneo Theater (lTBT). 

"Dengan hadirnya Teater Keliling ini dapat memberikan pelajaran tentang pentingnya makna nasionalisme.  Sebab, masyarakat dengan seni itu membuat susah dipecah belah," ujar Adi Pardianto, perwakilan dari Bakti Budaya Djarum Foundation. 

Tak hanya itu, Bakti Budaya Djarum Foundation juga turut serta dalam program Teater Keliling dengan mengadakan workshop teater, dan memberikan kesempatan agar penonton di daerah dapat berkolaborasi dalam pementasan

"Berharap kehadiran Teater Keliling membuat komunitas teater di daerah agar semakin bergairah dalam teater. Teater Keliling juga mampu menjalin jalinan seni, jadi kerja sama saling solidaritas dengan komunitas lokal, ini memperkuat persatuan teater di Indonesia," kata dia.

3. Misi bangkitan nasionalisme di jiwa millenials

Kisah Nasionalisme Dibalut Gaya Kekinian ala Lakon 'Sang Saka'IDN Times/Linda Juliawanti

Sementara itu, pendiri Teater Kita sekaligus sutradara Sang Saka, Rudolf Puspa, mengakui tantangan dunia teater saat ini adalah bagaimana merangkul anak muda. 

"Dalam praktiknya, kita ajak anak muda remaja, komunitas segala macam yang isinya remaja mahasiswa makanya kami selalu keliling selalu ajak anak SMA, anak kuliah dicoba disuruh dateng nonton," tutur Rudolf.

"Setelah para milenial tahu apa itu Sang Saka, mereka juga mulai mencintai Sang Saka. Mencintai bendera kita, merah putih bukan sekadar merah dan putih tapi mempunyai makna dan kekuatan serta pondasi untuk bangsa ini. Sehingga dia akan Indonesia itu negara kita, milik kita sehingga kita yang harus merawatnya," tutupnya.

Baca juga: Eksistensi Teater Koma di Kisah Sie Jin Kwie

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya