Menengok Pasar Rawa Bening, Surga Batu Akik yang Mulai Ditinggalkan

Di masa jayanya, satu kios ada yang pernah untung Rp 1 miliar per bulan

Jakarta, IDN Times -  Masih terekam dalam bayangan warga Ibu kota bagaimana padatnya Jalan Bekasi Timur, Jatinegara, Jakarta Timur, tepatnya seberang Stasiun Jatinegara. Di lokasi itu, terdapat surga bagi penggemar batu akik, yakni Pasar Rawa Bening alias Jakarta Gems Center

Waktu itu, kira-kira tahun 2015 hingga 2016, jalanan di sana padat sekali. Orang-orang berlalu-lalang, beberapa mobil bak terbuka berisi bongkahan batu yang belum diasah parkir di trotoar, belum lagi para pedagang menghamparkan bebatuan aneka ragam. Di dalam pasar Rawa Bening? Wah jangan ditanya lagi seberapa sesaknya di dalam sana.

Begitulah kira-kira gambaran kejayaan batu akik yang terpusat di Pasar Rawa Bening. Sayang, hanya sekejap, kini Pasar Rawa Bening kembali sepi dan hanya dikunjungi oleh mereka yang memang pecinta batu saja. Yuk, simak riwayat perjalanan Pasar Rawa Bening!

1. Pusat pengrajin batu yang tersohor sejak tahun 80an

Menengok Pasar Rawa Bening, Surga Batu Akik yang Mulai DitinggalkanIDN Times/Linda Juliawanti

Para penggemar batu di ibu kota sudah sejak lama dimanjakan dengan hadirnya Pasar Rawa Bening alias Jakarta Gems Center ini. Sebab, mereka tak perlu jauh-jauh ke Martapura di Kalimantan Selatan untuk mendapatkan bebatuan cantik itu.

Berdasarkan data yang dihimpun IDN Times, perdagangan batu permata di pasar tersebut sudah ada sejak tahun 1984. Jika dulu pembeli seadanya, kini di atas area seluas 1,4 hektar, perdagangan dibuat nyaman dan modern dengan 1.000 kios dengan total 300-400 kios menawarkan beragam batu permata yang jenisnya beragam.

Sejumlah batu ternama bisa ditemukan di pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya ini. Untuk batu mulia, ada beragam jenis seperti Ruby, Sapphire, Emerald, Aquamarine,  Jadeite Jade, Garnet, Tourmaline, Spinel, Alexandrite, Chrysoberyl, hingga Topaz. 

Sementara untuk jenis batu akik, tak sulit menemukan jenis Chrysocolla Chalcedony, Agate, Jasper, Moss Agate, Onyx, Calcite, dan Opal di sini. 

Baca juga: Ditemukan Batu di Mesir yang Mengandung Mineral Gak dari Bumi

2. Pernah berjaya tahun dan kini mulai ditinggal

Menengok Pasar Rawa Bening, Surga Batu Akik yang Mulai DitinggalkanIDN Times/Linda Juliawanti

Saat IDN Times berkesempatan mengunjungi langsung Jakarta Gems Center ini, hampir semua pedagang yang disambangi, mengagung-agungkan masa kejayaan batu akik di Indonesia. 

Riska (22) pegawai laboratorium batu akik dan mulia, Tasbih, mengatakan selama tahun 2015 dan 2016 menjadi tahun kejayaan bagi penjualan batu akik di Indonesia. Peminatnya kala itu membludak. Tentu bagi pedagang menjadi sebuah keuntungan. 

"Tahun 2015 dan 2016, minimal Rp10juta toko kami dapat untung, minimal ya. Bahkan kami menerima pesanan cuma sampai jam 12 siang saja dulu karena peminatnya memang sangat banyak," ujar Riska. 

Hal senada juga diucapkan oleh Ros (35), pemilik toko 'Trisna' yang ada di lantai 1. Di masa kejayaannya, dia bisa menangani ratusan pembeli setiap harinya.

"Saya kan jualan rangka atau ring cincin, tapi ada juga yang udah sama batu-batunya juga. Harganya dari yang Rp1,5 juta sampai Rp45 ribu. Dulu sehari bisa lebih dari 100 pembeli, memang untung besar," kata Ros kepada IDN Times. 

Kejayaan ini juga dirasakan oleh pemilik toko 'Kaila' bernama Umar yang berada di lantai dasar. Penjual batu mulia ini dulu bisa meraup untung hingga Rp1 miliar perbulan. 

"Tahun 2016 berasa banget ramenya. Saya pernah untung hingga Rp1miliar waktu itu."

3. Pesona batu akik mulai meredup, kios-kios dijual

Menengok Pasar Rawa Bening, Surga Batu Akik yang Mulai DitinggalkanIDN Times/Linda Juliawanti

Kejayaan memang tak selamanya bertahan tapi terlalu singkat bagi Jakarta Gems Center. Tak kurang dari 3 tahun, lokasi ini kembali seperti dulu yang hanya disinggahi oleh pencintanya saja. 

Terbukti, pantauan IDN Times di lokasi, beberapa kios memang tampak tutup. Entah karena sekadar libur, atau memang tak lagi beroperasi. Bahkan beberapa di antaranya mulai tertempel sticker bertuliskan 'dijual'. 

"Dulu mah penuh toko-tokonya, sekarang kebanyakan pada gak kuat (jualan). Sejak mulai sepi tadi tahun 2017an itu satu per satu teman saya nutup kiosnya," ujar Riska.

Perginya penggila batu musiman, tentu saja berdampak pada penghasilan para pedagang. Omset mereka turun pada pertengahan tahun 2017.

"Bulan Juli 2017 mungkin ya mulai berasa penjualan turun. Kalau dulu ratusan, sekarang paling 10 orang saja. Karena kami buka jasa perawatan, jadi yang datang ya yang sekadar merawat batu yang mereka punya aja gitu," ujar Ros. 

Hal yang sama juga dirasakan oleh pemilik kios Kaila, Umar,. Penurunan dirasa melonjak sangat dratis. 

"Kalau sekarang sih paling sebulan dapat Rp 20 jutaan, paling tinggi Rp 80 jutaan dan itupun jarang ya," kata pria yang dikenal dengan nama Bang Umar.

4. Pinta pedagang kepada pemerintah: lebih diperhatikan

Menengok Pasar Rawa Bening, Surga Batu Akik yang Mulai DitinggalkanIDN Times/Linda Juliawanti

Saat ini Pasar Rawa Bening masih terus beroperasi dan bisa dikunjungi setiap hari mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB. Namun, tak setiap hari ramai, malah cenderung sepi. 

Mengetahui kondisi ini, para pedagang berharap agar pemerintah bisa segera turun tangan. Mereka khawatir, perlahan penjualan batu merugi dan semua kios memilih tokonya ditutup permanen.

"Jangan hanya pas digandrugi saja diperhatiin, woro-woro pemerintah berkunjung ke sini, sekarang juga biar bisa hidup lagi. Karena sebenarnya usaha batu-batu begini ga pernah mati kok, peminatnya selalu ada," ujar Ros. 

Tentu partisipasi masyarakat diharapkan membantu perekonomian mereka. Bagi yang mau menikah, mungkin mas kawin batu mulia bisa menjadi pilihan. Selain lebih cantik, ini juga bisa menjadi investasi di masa depan. Adapun harga batu yang ditawarkan sangat beragam mulai Rp 5.000 hingga ratusan juta rupiah. Apakah kamu tertarik? 

Baca juga: Setelah "Sudah Kuduga", Batu Akik Juga Ikutan Jadi Tren Meme Lho!

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya