Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-10-24 at 11.15.18 AM.jpeg
Di bawah arahan Presiden RI Prabowo Subianto, pemerintah lewat program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) membawa terang ke pelosok negeri. (Dok. ESDM)

Intinya sih...

  • Kementerian ESDM mendorong pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT untuk wilayah terpencil.

  • Pemerintah akan terus bekerja hingga rasio elektrifikasi nasional mencapai 100 persen.

  • Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi nasional mencapai 100 persen pada 2030 mendatang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times — Hidup di desa terpencil kini tak lagi identik dengan kegelapan. Di bawah arahan Presiden RI, Prabowo Subianto, pemerintah lewat program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) membawa terang ke pelosok negeri. Cahaya listrik bukan cuma menyalakan rumah, tapi juga memberi harapan baru bagi jutaan warga.

Hampir seluruh desa di Indonesia kini sudah menikmati listrik. Kehadiran energi ini membuktikan negara hadir untuk memberikan keadilan bagi semua warganya, termasuk mereka yang tinggal jauh dari pusat kota.

“Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (21/10).

Program Listrik Desa telah menjangkau 10.068 lokasi dan memberi manfaat untuk lebih dari 1,2 juta calon pelanggan baru. Sementara realisasi Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) periode 2024 telah diterima oleh 155.429 rumah tangga (RT), dan hingga September 2025 sudah 135.482 RT menikmati listrik dari target 215.000 RT sampai akhir tahun.

Bagi pemerintah, listrik bukan cuma kebutuhan dasar, melainkan juga fondasi menuju kesejahteraan. Dengan program ini, pemerintah ingin mempercepat pemerataan energi nasional sebagai bentuk keadilan dan kemandirian bangsa.

1. Kementerian ESDM terus mendorong pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT

Dukung pemerintah tingkatkan EBT. (Dok/Istimewa).

Meski sudah mencapai rasio elektrifikasi nasional 99,1 persen, tantangan masih ada. Beberapa wilayah terpencil sulit dijangkau karena letak rumah yang terpencar di pulau-pulau terluar dan pegunungan pedalaman.

Untuk itu, Kementerian ESDM terus mendorong pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Energi bersih dipilih bukan hanya untuk memperluas akses listrik, tapi juga menjaga lingkungan.

“Perubahan arah kebijakan juga mencakup transformasi menuju energi yang bersih dan berkelanjutan. Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata,” ucap Bahlil.

2. Pemerintah akan terus bekerja

Presiden Prabowo Subianto memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10/2025). (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Menteri ESDM menegaskan, pemerintah akan terus bekerja hingga rasio elektrifikasi nasional mencapai 100 persen. “Setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami gelap gulita,” tutur Bahlil.

Cerita perubahan nyata datang dari warga. Di Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, seorang penerima bantuan BPBL bernama Ruslam, kini bisa menikmati rumah yang terang setiap malam tanpa perlu membeli bensin untuk genset.

Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang, tanpa harus mikir beli bensin tiap malam. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang,” kata Ruslam. 

3. Target pemerintah

Presiden Prabowo Subianto memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10/2025). (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Hal serupa dirasakan Elias Inyomusi di Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat. Kampungnya kini dialiri listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi.

“Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan (penerangan) lampu. Saat saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar, itu pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita,” ujar Elias.

Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi nasional mencapai 100 persen pada 2030 mendatang. Setelah delapan dekade kemerdekaan, tak boleh ada lagi warga Indonesia yang hidup dalam kegelapan. (WEB)

Editorial Team