Lewat Program Lisdes dan BPBL, Kementerian ESDM Perluas Akses Energi

- Program Lisdes dan BPBL perluas akses energi ke daerah terpencil.
- Kementerian ESDM mencatat program Lisdes menjangkau 10.068 lokasi, BPBL diterima 155.429 rumah tangga.
- Pemerintah mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, target rasio elektrifikasi 100 persen pada 2030.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah melalui program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) terus memperluas akses energi, hingga ke daerah terpencil. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, langkah ini dijalankan sesuai arahan Presiden RI Prabowo Subianto untuk memastikan pemerataan energi di seluruh wilayah Indonesia.
“Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat,” ujarnya di Jakarta, pada Selasa (21/10).
Kementerian ESDM mencatat, program Lisdes telah menjangkau 10.068 lokasi dan memberi manfaat bagi lebih dari 1,2 juta calon pelanggan baru. Sementara itu, program BPBL periode 2024 telah diterima 155.429 rumah tangga. Untuk periode Januari–September 2025, sebanyak 135.482 rumah tangga telah tersambung listrik dari target 215.000 rumah hingga akhir tahun.
1. Mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan

Lebih jauh, Bahlil menjelaskan bahwa rasio elektrifikasi nasional kini mencapai 99,1 persen. Sisanya merupakan wilayah dengan kondisi geografis menantang seperti pulau-pulau kecil dan pedalaman. Untuk menjangkau wilayah tersebut, Kementerian ESDM mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
“Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata,” kata Bahlil.
Ia menegaskan, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi 100 persen dapat tercapai. “Setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami gelap gulita,” ujarnya.
2. Manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat

Salah satu warga yang merasakan perubahan adalah Ruslam, warga Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Ia merasa hidupnya lebih mudah sejak rumahnya mendapatkan sambungan listrik dari program BPBL.
“Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang, tanpa harus mikir beli bensin tiap malam. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang,” ucap Ruslam.
Kisah lain datang dari Elias Inyomusi, warga Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, Papua Barat. Kampungnya kini menikmati listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi.
“Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan (penerangan) lampu. Saat saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar, itu pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita,” ungkap Elias.
3. Seluruh pelosok negeri akan menikmati listrik sepenuhnya pada 2030

Bahlil menegaskan kembali, pemerataan listrik menjadi simbol kemajuan bangsa dan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Pemerintah pun menargetkan seluruh pelosok negeri akan menikmati listrik sepenuhnya pada 2030. (WEB)


















