Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_8847.jpeg
Pidato Presiden ke-7 Jokowi dalam Kongres PSI di Solo, Sabtu (19/7/2025). (IDN Times/Larasati Rey)

Intinya sih...

  • PSI perlu narasi kokoh, ideologi jelas, dan logistik cukup untuk lolos ambang batas parlemen Pemilu 2029.

  • Pergantian logo PSI menjadi momentum tepat, namun perlu membangun brand recognition atas logo gajah.

  • PSI belum bisa jadi partai besar di 2029, hanya partai papan tengah tanpa basis sosial yang mapan.

Jakarta, IDN Times - Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Jawa Tengah, menghasilkan sejumlah poin yang bisa menjadi bekal bagi PSI jelang Pemilu 2029.

Setidaknya, ada tiga sorotan utama, yakni logo baru PSI berupa gajah, Kaesang Pangarep terpilih kembali sebagai ketua umum, dan Presiden ketujuh RI Joko Widodo memberikan dukungan penuh.

Lantas mampukah hal tersebut meningkatkan elektoral PSI pada Pemilu 2029?

1. Belum cukup bawa PSI lolos ambang batas parleman

Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep berpidato pada penutupan Kongres PSI di Solo, Minggu (20/7/2025). (IDN Times/Larasati Rey)

Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rifan, menganggap, ketiga ikon tersebut tidak cukup menjadikan PSI menjadi partai kuat dan besar. Akademisi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menganggap, jika PSI ingin lolos ambang batas parlemen di 2029, maka diperlukan narasi kokoh, pelembagaan partai yang kuat, ideologi yang jelas, serta logistik yang mencukupi.

"Menurut saya, PSI saat ini memang sedang memainkan politik simbol secara maksimal dengan tiga ikon utama: Kaesang, Gajah, dan Jokowi. Namun catatannya, tiga simbol itu saja tidak cukup untuk menjadikan PSI partai yang kuat dan besar. Dibutuhkan juga narasi yang kokoh nan konsisten, pelembagaan partai yang kuat, fatsun atau ideologi yang jelas, dan logistik yang mencukupi. Kalau syarat-syarat tersebut terpenuhi, potensi 2029 PSI lolos ke Senayan terbuka lebar, bahkan bisa jadi partai papan tengah," ucap dia kepada IDN Times, Senin (21/7/2025).

2. Pergantian logo dinilai tepat

Presiden Prabowo menghadiri Kongres PSI (dok. Sekretariat Presiden)

Sementara, Ali menilai, pergantian logo di Kongres PSI ini bisa dikatakan menjadi momentum yang tepat, namun perlu diukur lebih lanjut, apakah logo anyar tersebut membawa dampak besar. Jika menilik fenomena di negara lain yang juga memakai logo berbentuk gajah, banyak parpol yang berhasil meraup kesuksesan. Contohnya Partai Republik di Amerika Serikat (AS) yang berhasil membawa Donald Trump jadi presiden.

"Tapi jika mengacu pada literatur logo gajah di sejumlah partai di dunia, partai dengan logo gajah, banyak juga yang jadi partai besar. Misalnya Partai Republik di AS, berlogo gajah merah dengan tiga bintang, termasuk Bahujan Samaj Party (BSP) di India yang sempat jadi partai besar, juga ada Partai Gajah Putih di Thailand. Karena itu, tugas PSI adalah membangun brand recognition atas logo gajah tersebut, sehingga penggantian logo bisa membuatnya makin dikenali publik, khususnya publik di daerah," ujar dia.

3. PSI belum bisa jadi partai besar di 2029, hanya partai menengah

Dok. Tim Media PSI

Lebih lanjut, Ali mengaku sejalan dengan pernyataan Presiden ketujuh RI, Joko "Jokowi" Widodo yang menyebut PSI belum bisa jadi partai besar pada Pemilu 2029. Jokowi menilai PSI baru akan besar pada Pemilu 2034.

Ali menilai, PSI belum memiliki basis sosial yang mapan. Menurutnya, sebuah partai menjadi besar membutuhkan waktu, dan tidak hanya bergantung pada efek dukungan dari figur tertentu. Ia menganggap, PSI di Pemilu 2029 hanya menjadi partai papan tengah.

"Untuk jadi partai papan atas butuh waktu lebih lama lagi, bisa di 2034, atau pemilu berikutnya, dengan catatan PSI mendapat sambutan positif dari masyarakat. Dan dengan catatan pula jika Jokowi tetap populer hingga 2029, dan benar-benar all out untuk PSI. Karena hari ini PSI benar-benar mengandalkan figur Jokowi," imbuh dia.

Editorial Team