Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, mengajak Pemerintah Australia untuk bersama-sama mengatasi gelombang pengungsi Rohingya dari Cox's Bazar, Bangladesh. Para pengungsi etnis Rohingya itu berada di Bangladesh karena kabur dari konflik di Myanmar.
Tetapi, sering kali mereka kembali kabur ke negara lain. Indonesia pun dijadikan negara transit dan bukan tujuan. Hal itu disampaikan oleh Mahfud ketika mengikuti pertemuan ke-9 Australia-Indonesia Ministerial Council Meeting (MCM) di Melbourne. Mahfud mengatakan soal arus pengungsi yang masuk lewat jalur laut adalah salah satu tantangan keamanan maritim secara domestik dan kawasan.
"Luasnya wilayah perairan laut selain memberikan keuntungan juga menghadirkan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, termasuk berbagai kejahatan transnasional yang memanfaatkan jalur laut, eksploitasi ilegal SDA serta aktivitas dari pihak-pihak yang menjadi ancaman," ungkap Mahfud dan dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis, (16/3/2023).
Terkait arus pengungsi Rohinya yang masuk ke wilayah Indonesia pada periode 2022-2023, sudah dibahas di dalam Bali Process bahwa influks itu merupakan secondary movement dengan indikasi adanya human trafficking.
Isu kedua lainnya yang digaris bawahi oleh Mahfud adalah isu penangkapan ikan secara ilegal atau (IUU Fishing). IUU Fishing juga berkaitan erat dan banyak dikontrol oleh sindikat organisasi kejahatan lintas negara atau transnasional. Sehingga, ini perlu dijadikan perhatian lebih.
"IUU Fishing mengancam keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan, mengurangi penghasilan nelayan pesisir yang mata pencahariannya sangat tergantung kepada kekayaan laut," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.