Oleh: Irma Muflikah
KEBUMEN, Indonesia — Sekilas, Novi Wahyuningsih hanyalah gadis desa biasa dengan penampilannya yang sederhana. Namun siapa sangka, alumnus Diploma 3 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu merupakan programmer handal sekaligus pengusaha sukses.
Di usianya yang masih muda, 25 tahun, Novi menjadi Chief Executive Officer (CEO) di empat perusahaan Teknologi Informasi (IT). Di antaranya, PT Wahyu Global Abadi, PT Rise Solution, dan PT Callind Network International yang berkedudukan di Semarang, Jakarta, dan Kebumen.
Perusahaan itu telah melahirkan sejumlah produk IT, antara lain Callind, sebuah aplikasi jejaring sosial yang dibuat pada Maret 2016 lalu. Callind dibuat atas keprihatinan Novi terhadap situs jejaring sosial milik perusahaan asing yang semakin mendominasi pasar di Indonesia.
"Indonesia jadi salah satu pengguna internet terbesar di dunia. Namun belum ada produk IT karya anak bangsa yang merajai di negeri sendiri," kata Novi kepada Rappler.
Aplikasi ini tak beda jauh dengan aplikasi serupa yang lebih dulu populer, yakni WhatsApp, Telegram, dan BlackBerry Messenger (BBM). Prinsipnya, situs jejaring sosial itu memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk melakukan chat, call, hingga video call dengan sesama pengguna.
Namun Novi mengklaim aplikasi buatannya lebih lengkap. Callind bukan sekadar berisi fitur chat messenger atau call saja, namun ada fitur tambahan lain yang fungsional. Aplikasi dengan logo warna merah putih ini menyediakan fitur iklan kreatif (advertise). Fitur itu memungkinkan penggunanya bisa pasang iklan secara gratis.
Pengguna bahkan bisa bertransaksi langsung melalui fitur ini dan mendapatkan bonus dari iklan yang diklik. Menariknya, aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk memperoleh bonus uang jika bisa menarik teman untuk meng-install dan menggunakan aplikasi Callind.
"Aplikasi ini menggabungkan antara kebutuhan komunikasi dan bisnis atau jual beli produk," katanya.
Aplikasi ini rencananya akan dirilis pada akhir Februari 2018 mendatang. Namun, meski belum diluncurkan resmi, aplikasi ini ternyata sudah booming lebih dulu. Hingga minggu ketiga Januari 2018 ini, aplikasi yang dapat diunduh melalui Play Store ini telah digunakan oleh 138 ribu pengguna internet di 15 negara di dunia.
Novi bahkan menargetkan Callind akan dipakai 5 juta orang hingga akhir 2018 nanti.
Ia optimistis aplikasinya tidak akan bernasib sama dengan aplikasi media sosial karya anak bangsa lainnya yang sempat diluncurkan namun kemudian tenggelam. Novi mengaku aplikasinya dibuat bukan hanya mengandalkan brand karya anak bangsa. Ia dan timnya telah melakukan riset mendalam dan terus menyempurnakan aplikasi itu hingga seperti sekarang.
Ia juga yakin Callind bisa bersaing dan berdiri sejajar dengan aplikasi jejaring sosial lain yang lebih dulu mencuri pasar di Indonesia. Ambisinya, aplikasi ini paling tidak bisa memimpin pasar pengguna internet di negeri sendiri.
Di sisi lain, ia merasa prihatin, sebagian masyarakat Indonesia masih memandang sebelah mata aplikasi buatan anak negeri, dan mengunggulkan aplikasi buatan luar negeri, meski kualitas berani saing. Padahal, sadar atau tidak, kata dia, masyarakat Indonesia jadi pasar empuk bagi perusahaan asing untuk mengeruk keuntungan.
"Biasanya yang enggak tahan lama itu karena niatnya sekadar kejar profit, kalau enggak ada investor masuk, aplikasi itu tutup. Tapi saya niatnya ini bukan hanya profit, tapi untuk kemaslahatan," katanya.