Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sumber gambar : lensaindonesia.com
Sumber gambar : lensaindonesia.com

Kini kita telah memasuki tahun 2016. Ini adalah pertanda bagi Indonesia untuk bersiap dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Siap atau tidak siap, seluruh masyarakat Indonesia harus berani menghadapi masuknya tenaga kerja asing ke tanah air. Tak heran, semua kalangan bersiap-siap dan berbenah dalam berbagai aspek. Tak terkecuali lembaga pendidikan di Indonesia yang notabene menghasilkan para pelaku kerja. 

Bagaimana persiapan Indonesia dalam menghadapi MEA tersebut?

Salah satu lembaga pendidikan yang sudah bersiap-siap adalah Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Menghadapi MEA tidak boleh disepelekan. Oleh karena itu ITS menyiapkan strategi khusus dalam rangka menghadapi perubahan tersebut. Ketua Senat Akademis ITS, Priyo Suprobo menjelaskan bahwa salah satu strategi yang akan dilakukan adalah dengan melakukan internasionalisasi.

Hal tersebut akan diterapkan mulai dari kurikulum, hingga kualitas lulusan. Diharapkan dengan melakukan persiapan tersebut sejak dini maka akan membantu para lulusan untuk bisa semakin bersaing di kancah global. Rektor ITS, Joni Hermana juga berpendapat bahwa kehadiran MEA harus disikapi dengan langkah yang bijaksana. Dia berpendapat jangan sampai anak bangsa tidak mampu bersaing di negerinya sendiri.

Satu hal yang pasti, MEA merupakan ajang pembuktian sejauh mana Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Indonesia juga harus membuktikan bahwa mereka mampu bersaing di negeri orang. Sejauh ini, ITS sudah memiliki empat jurusan yang terakreditasi sebagai ASEAN University Network (AUN). Langkah akreditasi secara internasional ini diharapkan bisa menjadi langkah signifikan untuk menyetarakan ITS dengan kampus lainnya yang ada di ASEAN.

Kendala apa saja yang akan dihadapi?

Tidak bisa dipungkiri masalah akan selalu ada dalam setiap strategi yang diterapkan. Salah satunya adalah keterbatasan biaya, khususnya pada saat melakukan penelitian. ITS diharapkan mampu melakukan kolaborasi riset dengan universitas luar negeri guna mengatasi permasalahan tersebut. Jadi, Indonesia membantu dengan mengusulkan ide, sementara universitas luar negeri membantu melakukan penelitian tersebut.

Persiapan lainnya yang tak kalah penting adalah attitude dan juga soft skill yang baik. Hal ini diutamakan dalam kemampuan berkomunikasi dan juga berbahasa. Salah satu langkah yang harus diterapkan adalah dengan memperbanyak diri untuk berinteraksi dengan mahasiswa asing. Disamping itu juga harus sering melakukan seminar dan kegiatan sosial.

ITS sendiri juga telah melakukan kerjasama dengan beberapa institute asing yang ada di luar negeri, salah satunya adalah menjalankan beberapa program pertukaran pelajar dan juga double degree. Diharapkan dengan dilakukan hal ini maka kualitas pendidikan akan menjadi semakin baik kendati terkendala oleh sarana dan biaya yang terbatas.

Editorial Team

EditorRizal