Jakarta, IDN Times - Tim Relawan Kemanusiaan Mei 1998, Ita Fatia Nadia, mengatakan kasus kekerasan seksual massal terhadap perempuan Tionghoa pada peristiwa Mei 1998, bukan hanya menjadi perhatian nasional, tetapi sudah sampai ke tingkat global, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ita menyebut laporan tentang kekerasan seksual tersebut pernah dibawa langsung ke Komisi Tinggi PBB untuk Kekerasan Terhadap Perempuan. Dia menemui pelapor khusus Kekerasan Perempuan PBB, Radhika Coomaraswary.
“Bahwa Mei 98 sudah sampai ke PBB, jadi bukan hanya di nasional. Waktu itu Special Rapporteur-nya adalah Radhika Coomaraswamy. Radhika kemudian datang ke Indonesia Oktober, dan menyatakan terjadi perkosaan massal,” ujar Ita dalam talkshow peringatan 27 tahun Komnas Perempuan, di Kantor Komnas Perempuan, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Sebagaimana diketahui, pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, telah menuai kemarahan publik, terutama para korban tragedi Mei 1998. Politikus Partai Gerindra itu melontarkan pernyataan yang menyangkal adanya perkosaan massal saat tragedi itu.
Dalam wawancara Real Talk by IDN Times pada 10 Juni 2025, Fadli Zon meragukan kebenaran atau cenderung menyangkal terjadinya perkosaan massal pada Mei 1998. Kini, ucapan Fadli Zon menuai kontroversial.