Oleh Windy Phagta dan Habil Razali
BIREUEN, Indonesia —Beralas sederhana, puluhan warga muslim Rohingya asal Myanmar tidur pulas di ruangan menyerupai ruang kelas di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Cot Gapu, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Sabtu, 21 April 2018 subuh, sebelum matahari terbit, sejumlah pria bangun dari tidurnya. Mereka bergegas mengambil wudu untuk menunaikan salat subuh. Usai salat, mereka duduk termenung menunggu matahari muncul.
Sebagian dari mereka berulang kali berjalan berlalu-lalang, tanpa tujuan. Ada yang memilih bersantai sambil bercengkrama dengan temannya di depan ruangan. Masih di tempat yang sama, sebagian dari mereka menyantap makanan ringan yang sebelumnya diberikan oleh petugas.
Tidak terpaut jauh dari ruangan itu, sebuah mobil tangki air milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bireuen terparkir. Di sampingnya, berdiri sebuah tenda yang berfungsi sebagai dapur umum. Petugas di sana mulai bekerja menyiapkan sarapan kepada pengungsi.
Saat hari mulai terang, matahari sudah terlihat, para pengungsi pria segera mandi. Selain itu, mereka juga mencuci pakaian. Ataupun sekadar menggosok gigi dan cuci muka bagi mereka yang agak malas mandi di pagi itu.
Berbeda dengan pria, warga Rohingya perempuan lebih dulu mengurus anak mereka. Misalnya memandikan sang anak dan membuang popok anak. Popok dikeluarkan dari ruangan tempat mereka menginap. Bau tak sedap menyeruak ke udara. Tampaknya sepanjang malam tadi popok itu dibiarkan di dalam ruangan.
Ruangan tempat pengungsi perempuan tinggal, tampak sederhana sekali. Ibu dan anak tidur beralaskan terpal. Kondisinya sangat kotor dan bau. Saat sang ibu sibuk dengan pekerjaannya, anak-anak asik bermain balon dan berlarian di halaman depan ruangan.
Tidak ada aktivitas berarti dari 79 pengungsi muslim Rohingya asal Myanmar di tempat pengungsian mereka di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Cot Gapu, Bireuen. Mereka dipindahkan ke sana pada Jumat, 20 April sore. Sebelumnya, mereka diistirahatkan sementara di warung rekreasi Pantai Kuala Raja, Kecamatan Kuala, Kabupaten Bireuen, tempat mereka pertama kali berlabuh di tanah Serambi Mekah.