Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, sultan di masa puncak kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam, sekitar tahun 1607-1636 M, masjid dibangun ulang di atas bangunan candi.
Bekas candi di masjid itu berdiri di areal seluas 33.875 meter persegi. Candi itu terdiri dari empat tingkat. Tinggi setiap tingkatnya dari 4 meter hingga 2 meter. Dinding bangunan candi itu pada mulanya banyak yang sudah runtuh. Pada saat direnovasi sekitar tahun 1992, dindingnya dibangun ulang oleh warga setempat menggunakan semen.
"Aslinya bukan semen, tapi dari telur," kata Teungku Hanif. Saat itu, kata Teungku Hanif banyak bangunan candi yang sudah jatuh, rusak. Maka disemen kembali sesuai dengan bentuk semula.
Di setiap dinding bangunan candi, dulunya ada relief gambar-gambar. Kemudian, saat candi dijadikan masjid, relief gambar-gambar tersebut dihapus.
"Menurut bapak saya bilang, dulunya di dinding ada relief, ada gambar-gambar berbentuk naga, bukan patung tapi gambar. Kemudian saat dibuatkan masjid, gambar ini dihapus dengan semen," kata Teungku Hanif.
Bangunan masjid dari kayu didirikan di tingkat ke-empat. Luas masjid sekitar 15x15 meter. Masjid terdapat 36 tiang penyangga dari kayu. Dinding masjid berupa dinding atau tembok undakan candi tingkat ke-empat. Ada dua pintu masuk ke dalam masjid, satu berada di sebelah utara dan satu lagi di sebelah timur.
INTERIOR. Bagian dalam Masjid Tuha Indrapuri. Foto oleh Habil Razali/Rappler
Kayu bangunan masjid, kata Teungku Hanif, diangkut dari hutan oleh gajah. Makanya di sebelah selatan bangunan bekas candi terdapat tempat naik ke tingkat atas candi tanpa anak tangga.
"Dulunya ada tangga gajah di sampingnya, rata, tidak ada anak tangga. Memang khusus untuk gajah. Kayu membuat masjid diambil dari gunung, kayu itu diambil oleh gajah," kata Teungku Hanif.
Selain kayu penyangga, banggunan masjid kebanyakan sudah diganti. Misalnya atap yang dulunya dari daun, kini telah diganti seng. Menurut Teungku Hanif, pergantian atap seng itu pada mulanya dilakukan pada masa Belanda menguasai Aceh. Bagian atap masjid terdiri dari empat tingkatan, dan tidak miliki kubah.
Lantai masjid pun kini telah dikeramik. Tempat dudukan khatib untuk berkhutbah dibuat dari telur dan memiliki empat anak tangga. Namun, kini tempat itu tidak digunakan lagi.