Mengenal Istana Batu Tulis, Tempat Pertemuan Jokowi dan Megawati  

Istana Batu Tulis berada di Jalan Batu Tulis, Kelurahan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Istana Batu Tulis merupakan bagian dari perjalanan bersejarah di Indonesia. Keberadaan Istana Batu Tulis sendiri, tak bisa lepas dari sosok Presiden RI pertama, yaitu Presiden Soekarno.

Istana Batu Tulis adalah tempat peristirahatan yang paling disukai oleh Presiden Soekarno. Istana tersebut memiliki luas mencapai 3,8 hektare. Istana Batu Tulis juga tampak elegan dibalut dengan tembok berwarna putih.

Namun, Istana Batu Tulis saat ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat, karena istana ini menjadi sangat tertutup. Istana Batu Tulis pun dikatakan sangat misterius, karena tak banyak yang mengetahui sejarahnya.

Menjadi tempat peristirahatan terfavorit Soekarno, ia sempat meminta dimakamkan di istana tersebut sebelum meninggal. Namun sayangnya, permintaan Bung Karno tersebut tidak disetujui oleh Orde Baru yang saat itu berkuasa.

Atas nama pemerintahan Orde Baru, akhirnya pemerintah mengeluarkan Keppres RI Nomor 44 Tahun 1970 yang memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Saat zaman Orde Baru, Istana Batu Tulis menjadi milik pemerintah.

Tetapi, ketika pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Istana Batu Tulis diserahkan kembali kepada keluarga Soekarno. Semenjak Istana Batu Tulis menjadi milik pribadi, istana tersebut menjadi sangat tertutup dan pengamanannya lebih ketat.

Istana Batu Tulis sebelum menjadi milik pribadi, dibuka untuk umum. Bahkan, masyarakat diperbolehkan masuk ke dalam dan menikmati luasnya taman di istana tersebut. Tidak hanya itu, kolam di istana juga sering dibuat bermain air oleh warga sekitar istana.

Tapi saat ini, jangankan masuk ke dalam, warga saja sulit untuk melihat apa saja yang ada di halaman istana. Pagar yang berdiri tegak, dan pengamanan yang ketat, membuat warga tidak tahu lagi bagaimana wujud istana favorit dari Soekarno tersebut.

Pembangunan Istana Batu Tulis sendiri berkaitan dengan peristiwa letusan Gunung Salak di awal tahun 1966. Belanda mengirim Van Riebeeck untuk melakukan penelitian dampak letusan. Letusan yang besar dari Gunung Salak, membuat aliran Ciliwung dekat muara tersumbat sepanjang beberapa meter.

Sejak itu, tidak ada kabar mengenai nasib dari penduduk sekitar aliran Ciliwung saat itu. Namun, di tahun 1701, penduduk Kampung Baru diceritakan masih dapat mengantar Ram & Coops ahli vulkanologi Belanda itu. Artinya, setelah letusan Gunung Salak tersebut, penduduk Bogor masih belum seluruhnya musnah.

Untuk menunjukkan bahwa masih ada kehidupam di Bogor, Van Riebeeck pun mendirikan Istana Batu Tulis. Pembangunan Istana Batu Tulis tersebut menandakan jika Gunung Salak tidak lagi menakutkan.

Dan selanjutnya, istana itu mejadi tempat beristirahat favorit Soekarno. Kini istana tersebut juga selalu menjadi saksi bisu dari pertemuan politik antara Megawati dan Jokowi.

Baca juga: Bertemu di Istana Batu Tulis, Ini yang Dibahas Jokowi-Megawati