Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) ketika bertemu dengan Menhan Singapura, Ng Eng Han ketika berkunjung ke Singapura. (Dokumentasi MDDI)

Intinya sih...

  • Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin melakukan kunjungan kehormatan ke Singapura.
  • Kedua negara membahas implementasi kesepakatan pertahanan, termasuk perluasan program Siabu dan zona latihan bersama.
  • Sjafrie menegaskan perlunya soliditas ASEAN untuk menjaga perdamaian kawasan, termasuk membentuk Pasukan Perdamaian.

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan Singapura, Ng Eng Han pada Senin (20/1/2025). Ini merupakan kunjungan perdana Sjafrie dalam kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan RI. 

Dikutip dari keterangan tertulis Kemhan, kedatangan Sjafrie langsung diterima oleh Menhan Ng Eng Han dengan upacara jajar kehormatan. Kunjungan tersebut, kata Sjafrie menunjukkan eratnya kerja sama bilateral Indonesia dan Singapura. 

"Ini mencerminkan eratnya hubungan personal dan sejarah panjang yang terjalin di antara para pemimpin kedua negara," ujar Sjafrie di dalam keterangan tertulis pada Selasa (21/1/2025). 

Kolaborasi yang erat di antara kedua negara, katanya, terlihat dari pengembangan zona latihan bersama di Kalimantan dan Morotai. Keduanya juga sempat membahas perluasan program Siabu yang melibatkan angkatan darat dan udara. Hal itu, menandai kekuatan kolaborasi bagi kedua negara untuk melangkah maju. 

1. RI-Singapura punya kesepakatan pertahanan yang berlaku sejak 2024

Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) ketika bertemu dengan Menhan Singapura, Ng Eng Han ketika berkunjung ke Singapura. (Dokumentasi MDDI)

Sementara, harian Singapura, The Straits Times kemarin turut menulis dalam pertemuan Sjafrie dan Ng ikut dibahas soal implementasi kesepakatan kedua negara di bidang pertahanan (DCA). Kesepakatan tersebut mulai berlaku sejak Maret 2024 lalu. 

Di dalam kesepakatan itu, diatur bagi angkatan bersenjata Singapura yang ingin berlatih di wilayah perairan dan udara Indonesia. DCA dilaporkan bakal berlaku selama 25 tahun. 

Kesepakatan pertahanan itu diteken pada Januari 2022 lalu di Bintan. Penandatanganan itu disaksikan oleh Presiden ke-7, Joko "Jokowi" Widodo dan mantan PM Singapura, Lee Hsien Loong. 

Perjanjian pertahanan ini menjadi dasar, sehingga Singapura bersedia menandatangani perjanjian ekstradisi dan pengelolaan ruang navigasi udara di atas Pulau Natuna. DCA yang diteken pun masih sama seperti yang pernah disepakati oleh Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono pada 2007 lalu di Bali. Namun, perjanjian pertahanan itu batal disahkan di DPR karena menuai protes dari publik. 

2. Menhan Sjafrie dukung penguatan industri pertahanan di ASEAN

Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) ketika bertemu dengan Menhan Singapura, Ng Eng Han ketika berkunjung ke Singapura. (Dokumentasi MDDI)

Lebih lanjut, Sjafrie juga menyatakan pihaknya mendukung penguatan industri pertahanan ASEAN dan komitmen bersama untuk menjaga keamanan regional. "Dengan semangat kolaborasi, mari kita bangun masa depan yang lebih kuat dan bersinergi untuk kawasan yang lebih aman dan sejahtera," kata purnawirawan jenderal di TNI itu. 

Sementara, Menhan Ng mengatakan Indonesia merupakan tetangga terdekat bagi Negeri Singa. Hubungan militer kedua negara pun tergolong dekat. 

"Kami berkomitmen untuk memperdalam kerja sama pertahanan, termasuk dalam pelatihan serta misi militer bersama," kata Ng. 

3. Sjafrie usulkan pasukan perdamaian ASEAN

Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin ketika memimpin rapat pimpinan 2025 Kemhan. (Dokumentasi Kemhan)

Sementara, selain melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan Ng Eng Hen, Sjafrie menyampaikan pidato khusus dalam kegiatan IISS Shangri-La Dialogue Sherpa Meeting pada Senin kemarin. Di dalam pidatonya, Sjafrie menegaskan perlunya soliditas ASEAN untuk menjaga perdamaian dan keamanan kawasan.

Bahkan ASEAN bisa berperan lebih dengan bersama-sama membentuk Pasukan Perdamaian. Menurut dia, ASEAN tidak perlu ikut dalam polarisasi kekuatan China dan Amerika Serikat.

Sebagai satu kesatuan, ASEAN harus mampu menjaga kawasan Asia Tenggara tetap menjadi kawasan yang aman dan damai, tanpa perlu tergantung kepada kekuatan lain dari luar ASEAN. Untuk memperkokoh soliditas ASEAN, banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya negara-negara ASEAN bisa bersama-sama memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina yang tinggal di Gaza. 

"Kalau gencatan senjata di Gaza bisa ditetapkan secara permanen dan PBB memerintahkan masuknya pasukan perdamaian, maka ASEAN bisa hadir bersama sebagai pasukan penjaga perdamaian," kata Sjafrie. 

Editorial Team