Bentuk promosi Desa Wisata Kembang Kuning, Lombok Timur (Dok. Desa Kembang Kuning)
Banyaknya desa wisata di Lombok Timur tidak lepas dari kondisi geografis alamnya yang lengkap, mulai dari pegunungan, laut, hingga persawahan dan perkebunan. Di area pegunungan terdapat air terjun, sungai dan lainnya.
Selain itu, juga karena getolnya pemerintah setempat untuk membina dan mendorong desa-desa memanfaatkan potensi alam mereka untuk pariwisata. Hal ini terlihat dari prestasi Lombok Timur yang dua kali meraih NTB Gemilang Award bidang pariwisata yakni pada 2019 dan 2022, sebagai Kabupaten Paling Progresif dalam Pembangunan Kepariwisataan. Tahun 2022 ini, Lotim berhasil menetapkan branding promosi pariwisata dengan istilah Pesona Gumi Selaparang (PGS). Tentunya, semua itu bisa berjalan juga karena adanya keinginan masyarakat untuk maju.
Di wilayah utara Lombok Timur, persis di lembah Gunung Rinjani, terdapat 6 desa yang kini semuanya telah menjadi desa wisata. Keenam desa itu adalah Sajang, Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung, Bilok Pitung, Sembalun, dan Sembalun Timba Gading. Keenam desa ini merupakan kawasan agropolitan, karena menghasilkan produk-produk pertanian unggulan untuk ekspor.
Dengan keunggulan sebagai daerah pertanian yang subur, memiliki pemandangan alam dengan bukit-bukit menakjubkan yang mengapit Rinjani, serta menjadi jalur utama pendakian ke Gunung Rinjani, ke-6 desa ini telah sukses menjadi destinasi wisata unggulan yang mendatangkan banyak wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara.
Di desa-desa tersebut, kini telah banyak penginapan-penginapan dan fasilitas lainnya yang dibangun para investor untuk menunjang pariwisata di wilayah itu.
"Desa wisata kami kenalkan sebagai ikon Lombok Timur," ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Lombok Timur Muhammad Hairi kepada IDN Times, Selasa 21 Juni 2022.
Sebagai ikon, desa-desa wisata di Lombok Timur di-branding dengan diikutikan dalam berbagai kejuaraan baik tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Baru-baru ini, pada 2021 lalu, Desa Wisata Tete Batu yang berada di kaki Gunung Rinjani, tepatnya di Kecamatan Sikur yang bisa ditempuh 1 jam 18 menit dari Bandara Internasional Lombok, tembus sebagai kandidat desa wisata terbaik dunia yang diselenggarakan oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO), meski belum berhasil menjadi juara.
Tak hanya Desa Tete Batu, desa tetangganya, yang juga sama-sama berada di kaki Rinjani yakni Desa Kembang Kuning, telah mengantongi berbagai kejuaraan di tingkat provinsi maupun nasional.
Salah satu prestasi yang diraih Desa Wisata Kembang Kuning yakni menjadi juara 1 nasional Desa wisata kategori berkembang pada 2019, juara 1 lomba kampung sehat tingkat provinsi pada 2020, dan telah meraih sertifikat CHSE (Cleanlines Healthy Safety Environment). Kini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, telah menetapkan Kembang Kuning sebagai desa wisata kategori maju. Desa ini juga menjadi satu dari 23 desa yang ditetapkan sebagai desa anti korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kepala Desa Kembang Kuning Lalu Sujian mengatakan, kemajuan yang diraih desanya tidak lepas dari dukungan dan peran masyarakat desa sendiri. Sebagai desa yang mengandalkan pemasukan dari wisata selain pertanian, Desa Kembang Kuning terus melakukan berbagai inovasi. Salah satunya mengemas budaya dan kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi atraksi wisata.
"Kegiatan-kegiatan masyarakat di sawah seperti menanam atau panen padi kita buat menjadi paket wisata, kegiatan memetik kelapa, mengupas, hingga membuatnya menjadi minyak kelapa dengan cara tradisional, menggoreng kopi dengan cara tradisional yang disebut siong kopi kete, kehidupan sehari-hari warga, semuanya alami, ini yang kita tawarkan dan alhamdulillah tahun 2022 ini situasi sudah membaik, sudah banyak lagi tamu-tamu asing yang berdatangan," ujar Sujian saat dihubungi IDN Times, Kamis 23 Maret 2022.
"Kita menjual apa yang ada di desa, alami saja, tidak mengada-ada. Kita juga tidak membedakan perlakuan kepada turis domestik dan mancanegara. Kalau harga 1 paket wisata 100, ya harga itu juga berlaku untuk turis mancanegara, dan tidak kalah pentingnya adalah keramahtamahan," lanjut Sujian mengenai inovasi yang dilakukan desanya untuk menggaet wisatawan.
Dengan “menjual” keindahan alam desa berupa sawah terasering, hawa sejuk pegunungan, air terjun, hutan, yang dipadukan dengan budaya dan kearifan lokal, Kembang Kuning menjadi salah satu desa wisata yang banyak didatangi wisatawan Nusantara dan mancanegara.
Menurut Sujian, rata-rata dalam sehari 100 sampai 200 turis mancanegara berwisata di desa ini. Mereka menginap di rumah-rumah warga yang telah disulap sedemikan rupa, dengan tetap mempertahankan keasliannya.
"Tamu dari luar negeri rata-rata dari Eropa seperti Swiss, Belanda, Jerman, juga Australia," beber Sujian yang telah menjadi Kepala Desa kembang Kuning sejak 1996, saat ia masih berusia 24 tahun.
Meski telah punya branding sebagai desa wisata unggulan, Desa Kembang Kuning terus melakukan berbagai inovasi seperti menambah destinasi-destinasi yang bisa dikunjungi wisatawan. Tidak melulu mengandalkan alam, tapi juga membuat destinasi-destinasi tambahan seperti kolam renang, spot-spot foto untuk menggaet wisatawan dalam negeri, memperkenalkan kuliner atau makanan khas warga, dan juga hasil kerajinan lainnya.
Tak kalah penting yang dilakukan adalah promosi lewat ruang digital, seperti media sosial dan platform lainnya. Sujian mengatakan, desanya telah lama menggunakan media sosial Facebook, Instagram dan juga bekerja sama dengan banyak platform seperti Traveloka dan booking.com untuk promosi.
Promosi melalui ruang digital bukan perkara sulit bagi Desa Kembang Kuning, karena desa ini telah lama menjadi desa digital. Sujian mengatakan, 80 persen wilayahnya telah dipasangi wifi atau internet dan semua masyarakat bisa memanfaatkannya secara gratis.
Upaya-upaya tersebut, lanjut Sujian, tak hanya berhasil menggaet banyak wisatawan, tapi juga mendatangkan banyak pihak untuk melakukan kerja sama dengan warga setempat, memajukan ekonomi masyarakat.