Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 Profesor Haedar Nashir. (muhammadiyah.or.id)

Jakarta, IDN Times - Muhammadiyah tengah merayakan hari jadi atau milad ke-106 hari ini, Minggu (18/11). Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Ta'awun untuk Negeri menjadi tema yang diangkat dalam milad kali ini. 

Tema ini dipilih, kata Haedar, karena Muhammadiyah ingin menggelorakan semangat tolong menolong, kerja sama, dan membangun kebersamaan di tubuh umat dan bangsa, agar negeri tercinta Indonesia menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

“Karena itu bagi warga Muhammadiyah, mari kita gelorakan semangat milad kali ini sebagai momentum untuk menggerakan takwa dan kesadaran masa depan, sesuai dengan isi surah al Hahsr ayat 18,” tutur Nashir. 

Dikutip dari laman resmi muhammadiyah.or.id, ada lima hal yang menjadi konsen dan komitmen Muhammadiyah.

1. Muhammadiyah berkomitmen menyuarakan Islam berkemajuan

muhammadiyah.or.id/Muhammadiyah

Nashir menjelaskan, secara kolektif Muhammadiyah berkomitmen menggelorakan, menyuarakan Islam berkemajuan sebagai basis nilai untuk membawa umat dan bangsa menjadi umat yang berkeadaban maju.

“Tanpa itu, kita umat Islam dan bangsa Indonesia hanya menjadi seolah genangan danau yang besar, tetapi tidak unggul dan berkemajuan, atau seperti budaya kasur tua yang diutarakan oleh WS Rendra,” ungkap Nashir.

2. Muhammadiyah terus menggelorakan praksis Islam

IDN Times/Irfan Fathurochman

Muhammadiyah dalam konteks keumatan dan kebangsaan, bahkan dalam konteks kemanusiaan universal terus menggelorakan praksis Islam, yakni nilai-nilai Islam yang diwujudkan dalam program-program kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan usaha-usaha pemberdayaan yang benar-benar membawa pada perubahan.

Menurut Nashir, praksis sosial Islam yang dihadirkan oleh Muhammadiyah selain menggunakan alam pikiran Islam berkemajuan, juga diusung oleh pranata sosial yang modern.

“Karena itu, jadikan milad ini untuk terus mendinamisasi gerakan praksis sosial, termasuk di dalamnya gerakan al-maun, filantropi Islam, gerakan kebencanaan, dan pelayanan sosial untuk semua. Muhammadiyah untuk semua, Muhammadiyah for all,” imbuh Nashir.

3. Milad Muhammadiyah menjadi momentum membangun hidup untuk kebersamaan

IDN Times/Linda Juliawanti

Milad kali ini juga dapat dijadikan sebagai momentum untuk menggelorakan dan memperluas kesadaran masyarakat tentang pentingnya membangun hidup untuk kebersamaan. Menurut Nashir, makna ta’awun untuk negeri itu harus diwujudkan dalam semangat ukhuwah dan semangat gotong-royong. 

"Tetapi semangat gotong-royong maupun ukhuwah itu tidak hanya dalam retorika, tetapi kita wujudkan dalam kehidupan kolektif, dalam perbedaan kita sebagai umat dan bangsa, baik paham dan golongan orientasi kepentingan, kita harus tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan,” paparnya.

4. Gerakan dakwah di komunitas dan media sosial harus jadi perhatian

Dok.IDN Times/MDMC

Gerakan komunitas juga perlu diperhatikan, termasuk di dalamnya dakwah komunitas dan dakwah di media sosial. Nashir menjelaskan, baik Muhammadiyah, umat Islam, maupun bangsa Indonesia tengah menghadapi arus baru dunia digital dan dunia sosial yang sama sekali berada dalam situasi non konvensional. 

Dalam konteks tersebut, lanjut dia, jadikan dakwah Muhammadiyah masuk menjadi gerakan yang semakin meluas pada dakwah komunitas. 

"Hadirkanlah dakwah yang mencerahkan bagi masyarakat di akar rumput, bagi dunia medsos, bagi generasi milenial, agar nilai-nilai Islam yang mencerahkan, yang membawa pada kebaikan, pada kemajuan, nilai keluhuran, moralitas, dan akhlak itu menjadi acuan kita bergerak,” jelasnya.

5. Muhammadiyah mengajak semua pihak menjaga keberlangsungan bangsa

muhammadiyah.or.id

Hingga milad kali ini, Muhammadiyah terus tak kenal lelah berperan dalam kehidupan kebangsaan. Menurut Nashir, di tahun politik ini tentu perbedaan kepentingan politik dan kontestasi politik akan semakin keras berlangung. 

Setidaknya semua pihak yang terlibat di dalam kepentingan politik akan memperjuangkan kepentingan sendiri.

Oleh sebab itu, Muhammadiyah mengajak semua pihak dan melakukan usaha agar kehidupan kebangsaan tetap terjaga. Kendati dalam kehidupan politik ada kontestasi, jangan lupa bahwa demokrasi adalah instrumen untuk menjadi negara yang unggul berkemajuan. 

"Bahkan demokrasi menjadi alat paling strategis membawa Indonesia sebagaimana dicita-citakan oleh pendiri bangsa, yakni menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, yang dalam bahasa Muh itulah negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur,” pungkas Nashir.

 

Editorial Team