Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut usulan fatwa mengenai orang kaya menikah dengan orang miskin atau sebaliknya hanya intermezzo.
Muhadjir menjelaskan, fatwa dalam bahasa arab berarti sebuah anjuran atau saran. Sehingga tidak ada unsur paksaan seperti yang banyak ditafsirkan oleh banyak orang.
Oleh sebab itu dia meminta agar ucapannya tersebut tidak menjadi polemik berkepanjangan.
“Itu kan intermezzo. Mana ada anjuran mengikat? Jangan seolah dipelesetkan jadi wajib,” kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/2).
Muhadjir mengatakan, usulan tersebut hanya sekadar gerakan moral agar dapat memutus rantai kemiskinan yang sampai hari ini jumlahnya tidak berkurang.
“Gerakan moral karena sebetulnya telah terjadi sikap umum yang cenderung, terutama di keluarga tidak mampu yaitu pasti akan mencari pasangan yang tidak mampu. Yang miskin cari sesama miskin, dan ini bikin mata rantai kemiskinan tidak bisa diputus,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dimiliki Kemenko PMK, jumlah keluarga miskin di Indonesia saat ini sudah mencapai 5 juta. Menurut Muhadjir, salah satu faktor kemiskinan itu adalah karena menikah dengan orang yang sederajat dengan dirinya.
“Dan inilah yang kita harapkan ada gerakan moral untuk dihilangkan cara-cara pandang yang menurut saya tidak terlalu baik untuk memotong mata rantai kemiskinan,” tuturnya.
Sebelumnya, Muhadjir mengusulkan kepada Menteri Agama Fachrul Razi agar menerbitkan fatwa yang mewajibkan orang kaya menikah dengan orang miskin atau sebaliknya.
Menurutnya, fatwa tersebut bisa mengentaskan masalah angka kemiskinan di Indonesia yang semakin meningkat.
"Saya sarankan sekarang dibikin pak Menteri Agama ada fatwa yang mewajibkan orang miskin cari yang kaya sebaliknya kaya cari yang miskin," ucapnya di Rapat Kerja Kesehatan Nasional di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (19/2). Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Agama Fachrul Razi dan Menteri Desa dan PDTT Abdul Halim Iskandar.