Jokowi Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Naik 2,2 Persen Imbas Perang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam berbagai kesempatan menyampaikan, dunia sedang mengalami krisis ekonomi. Salah satu penyebab krisis itu karena adanya perang antara Rusia dan Ukraina.
Jokowi menerangkan, dalam situasi krisis ini, semua negara dapat terlempar ke dalam jurang krisis.
"Dengan situasi yang ada sekarang ini, negara manapun dapat terlempar dengan cepat, keluar dengan sangat mudahnya apabila tidak hati-hati dan tidak waspada, baik dalam pengelolaan moneter, maupun pengelolaan fiskal," ujar Jokowi dalam pembukaan Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10/2022).
"Apalagi, setelah perang Rusia dan Ukraina, kita tahu pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang sebelumnya diperkirakan 3 persen, terakhir sudah diperkirakan jatuh di angka 2,2 persen. Inilah yang sering disampaikan, membayar harga dari sebuah perang, yang harganya sangat mahal sekali," sambungnya.
Baca Juga: Krisis Global, Jokowi: Tahun Ini Krisis, Tahun Depan Dunia Gelap
1. Jokowi ajak semua pihak optimis
Meski dunia sedang mengalami ketidakpastian, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengajak semua pihak untuk tetap optimis. Namun, harus tetap waspada.
"Karena, apapun angka-angka yang kita miliki, Indonesia pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua, kita termasuk yang terbaik di dunia, 5,44 persen," kata dia.
2. Jokowi bersyukur inflasi Indonesia tetap terjaga
Selain itu, Jokowi menyampaikan inflasi di Indonesia juga masih terkendali. Menurutnya, hal itu patut disyukuri.
"Karena kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, sekarang ini di Argentina sudah 83,5 persen, dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin. Kita inflasi 5,9 dengan perubahan suku bunga kita di 75 basis poin," ucap dia.
Baca Juga: Jokowi Cairkan PMN Rp3 Triliun, 2 Tol Waskita Karya Dikebut
3. Konsumsi masyarakat Indonesai tetap terjaga
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, konsumsi masyarakat Indonesia tetap terjaga di tengah krisis global. Menurutnya, angka konsumsi masyarakat sangat besar.
"Rp 502,6 triliun, ini angka yang gede sekali. Tetapi ya inilah, karena kita ingin konsumsi masyarakat tetap terjaga, daya beli masyarakat tetap terjaga. Ya bayarannya ini Rp 502 T (subsidi BBM)," ujar dia.