Kemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang Orang

Kemendikbudristek ajak generasi muda cintai budaya Indonesia

Jakarta, IDN Times - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak generasi muda melestarikan wayang orang. Salah satu cara yang dilakukan Kemendikbudristek agar anak muda tertarik yakni membuat film mini seri berjudul Nyantrik.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, film tersebut diluncurkan di Kota Semarang pada Senin (7/8/2023). Acara peluncuran dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

"Penayangan film Nyantrik sebagai jembatan ketika yang Muda Belajar dari Panggung Wayang Orang Balai Media Kebudayaan. Serial tersebut akan tayang di kanal budaya Indosiana.tv. Dan penampilan Nyantrik dimulai dengan episode Dewabrata atau Bisma mengusir Dewi Amba," ujar Hilmar dalam keterangannya yang diterima IDN Times, Selasa (8/8/2023).

Baca Juga: Kemendikbud Copot Gelar 2 Guru Besar UNS Terkait Pemilihan Rektor

1. Kemendikbudristek ingin generasi muda mencintai budaya Indonesia

Kemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang OrangKemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang Orang (dok. Kemendikbudristek)

Hilmar mengatakan, Kemendikbudristek ingin generasi muda ikut berkarya dan mencintai budaya Indonesia. Oleh karena itu, Kemendikbudristek terus menggagas berbagai kegiatan dengan tema budaya lokal.

“Ketika yang muda belajar dari panggung wayang orang, Nyantrik menjadi program kolaborasi antara perwakilan generasi muda dengan para maestro wayang orang. Kata Nyantrik sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa kuno yang berarti berguru atau belajar," kata dia.

“Selama proses pembuatan mini seri ini, prinsip-prinsip inti dari nyantrik ditekankan. Sesuai dengan filosofi nyantrik, para 'cantrik' (murid) dilatih bukan hanya untuk melihat dan meniru apa yang dipertunjukan oleh mentornya, tetapi juga untuk memahami secara mendalam esensi dari apa yang mereka pelajari,” sambungnya.

Baca Juga: Tontonan Langka, Ribuan Warga Banyuwangi Nobar Wayang Kulit

2. Wayang orang diduga sudah ada sejak 904 masehi

Kemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang OrangKemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang Orang (dok. Kemendikbudristek)

Dalam kesempatan itu, Hilmar mengatakan, berdasarkan catatan kuno seperti yang terkandung di Prasasti Mantyasih (904 M) dan Prasasti Wimalasmara (930 M) telah menyebut pertunjukan wayang orang dengan istilah Jawa Kuno, “hatapukan” atau “matapukan” dan “awayang wang”.

" Setelah itu wayang orang dimainkan pula di lingkungan kerajaan-kerajaan baru yang muncul di Jawa Timur, termasuk Majapahit," kata dia.

Baca Juga: Komunitas Wayang Merdeka Kenalkan Wayang secara Menyenangkan

3. Wayang orang kembali ada di era Mangkunegaran I

Kemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang OrangKemendikbud Ajak Generasi Muda Lestarikan Wayang Orang (dok. Kemendikbudristek)

Hilmar mengatakan, setelah lama menghilang, kesenian wayang orang kembali ada di era Hamengkubuwono I sekitar 1750-an dan Mangkunegaran I sekitar 1760 Masehi.

Wayang orang kerap dibawakan dalam pertunjukan ritual kenegaraan di dalam keraton. Selain itu, wayang orang juga digelar dalam upacara-upacara penting.

"Namun, perubahan paling penting terjadi pada akhir abad ke-19. Seni pertunjukan ini keluar tembok keraton dan mulai dikemas menjadi pertunjukan komersial," imbuhnya.

Topik:

  • Dheri Agriesta

Berita Terkini Lainnya