KLHK Klaim Kebakaran di Hutan Konservasi Menurun dari 2016-2020

Belum ada data kebakaran hutan pada 2021

Jakarta, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut jumlah lahan hutan konservasi yang kebakaran turun sejak tahun 2016 hingga 2020. Pada 2016, lahan hutan konservasi yang kebakaran sebanyak 56.828 hektare.

"Jumlah kebakaran dari 2016 sampai 2020 mengalami penurunan," ujar Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno dalam acara refleksi akhir tahun yang disiarkan secara virtual, Jumat (17/12/2021).

Baca Juga: Jokowi: RI Siap Bagi Pengalaman Atasi Karhutla dengan Dunia

1. Rincian jumlah penurunan lahan kebakaran

KLHK Klaim Kebakaran di Hutan Konservasi Menurun dari 2016-2020ANTARA FOTO/Rony Muharrman

Wiratno menjelaskan, penyebab kebakaran di hutan konservasi ada dua. Pertama, karena tangan manusia seperti pembukaan lahan. Faktor kedua karena alam, misalnya panas musim kemarau atau adanya petir.

Penurunan lahan kebakaran terjadi dari 2016 sampai 2020. Sementara, KLHK tidak menampilkan daata kebakaran di hutan konservasi.

Berikut datanya:

- 2016: 56.828 hektare
- 2017: 38.842 hektare
- 2018: 28.955 hektare
- 2019: 11.030 hektare
- 2020: 6.262 hektare

Wiratno kemudian menyampaikan data mengenai jumlah titik panas yang ada di kawasan hutan konservasi dari Januari-November 2021. Untuk Januari hingga Juni, jumlah titiknya per bulan ada 1.

Kemudian meningkat menjadi 6 pada Juli, puncak tertinggi berada di Agustus 2021 sebanyak 20. Pada September turun menjadi 14, Oktober 9 dan November 1 titik panas.

Baca Juga: Wamen LHK Instruksikan Jajarannya Antisipasi Karhutla Usai La Nina

2. Kebakaran hutan dan lahan menurun saat pandemik, paling banyak di NTT

KLHK Klaim Kebakaran di Hutan Konservasi Menurun dari 2016-2020Ilustrasi (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Sebelumnya, kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama pandemik COVID-19 tak begitu santer terdengar. Namun, hal itu bukan berarti kasus karhutla di Indonesia zero kasus.

Kasus karhutla di Indonesia memang menurun selama pandemik. Terbanyak, karhutla terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan data dari Karhutla Monitoring Sistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terjadi penurunan karhutla selama masa pandemik.

Berikut rincian datanya:
- 2016: 438.363 (Hektare/Ha)
- 2017: 165.483 (Ha)
- 2018: 529.266 (Ha)
- 2019: 1.649.258 (Ha)
- 2020: 296.942 (Ha)
- 2021: 160.104 (Ha).

3. Karhutla saat 2021

KLHK Klaim Kebakaran di Hutan Konservasi Menurun dari 2016-2020Ilustrasi (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

KLHK mencatat, pada 2021 Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi yang paling banyak mengalami karhutla. Tercatat, ada 63.115 hektare lahan yang terbakar.

Kemudian di posisi kedua ada NTB dengan 33.521 hektare terbakar. Kemudian, sebanyak 17.192 hektare lahan terbakar di Kalimantan Barat.

Berikut lima daerah dengan karhutla terluas:
- Nusa Tenggara Timur: 63.115 (Ha)
- Nusa Tenggara Barat: 33.521 (Ha)
- Kalimantan Barat: 17.192 (Ha)
- Jawa Timur: 8.695 (Ha)
- Kalimantan Selatan: 4.584 (Ha).

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya