PDIP Dinilai Blunder Nyatakan Jokowi Bukan Lagi Kadernya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari, menilai pernyataan PDI Perjuangan yang menyatakan Presiden Joko "Jokowi" Widodo bukan kadernya merupakan blunder. Sebab, Jokowi jelang akhir jabatannya sebagai Presiden RI tingkat kepuasan publiknya masih tinggi di angka 77,5 persen.
"Menurut saya itu jelas suatu blunder bagi PDIP, karena telah melepaskan tokoh yang sangat populer yang memiliki daya tarik bagi masyarakat,” ujar Qodari dalam keterangannya, Kamis (2/5/2024).
1. Sejumlah partai politik terbuka untuk Jokowi dan Gibran bergabung
Qodari mengatakan, sejumlah partai politik juga terbuka agar Presiden Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka bergabung. Mereka juga disebut berlomba-lomba menawarkan jabatan strategis di partai politik untuk Jokowi dan Gibran.
“Pertama menurut saya tergantung kepada sikap partai politiknya, pengurusnya mana yang memberikan karpet merah atau membukakan peluang bagi Pak Jokowi untuk menjadi bagian dari partai politiknya. Yang kedua, tentu saja kalau kita bicara partai politik, maka kemudian kaitannya dengan parlemen, kalau kita lihat yang paling besar kursinya adalah Golkar baru PAN, PSI tidak punya kursi,” kata dia.
Baca Juga: Sudah Tidak Dianggap Jadi Kader PDIP, Jokowi: Terima Kasih
Editor’s picks
2. Golkar dinilai partai yang relevan untuk Jokowi
Menurut Qodari, Golkar merupakan partai yang relevan untuk kendaraan politik Jokowi setelah tak lagi di PDI Perjuangan. Namun, hingga kini Jokowi belum menentukan sikap akan bergabung ke partai mana.
"Menurut saya, yang penting adalah bahwasanya Jokowi dilepas oleh PDI Perjuangan itu merupakan suatu game changer bagi konstelasi politik Indonesia ke depan karena apa? Karena dengan dilepasnya Pak Jokowi dan Mas Gibran oleh PDIP, maka sudah tidak ada beban bagi partai politik lain untuk mengajak Jokowi dan Gibran untuk bergabung dengan partai politiknya,” ucap dia.
3. Jokowi dan Gibran dianggap masih memiliki dampak elektoral
Qodari mengatakan, Jokowi dan Gibran masih memiliki dampak elektoral bagi partai politik yang nantinya akan menaungi. Terlebih, Gibran juga pada 20 Oktober 2024 akan dilantik menjadi wakil presiden periode 2024-2029.
“Mas Gibran terbukti mampu menarik pemilih muda dalam Pilpres 2024 ini kelihatan dari survei maupun dari hasil exit poll dan itu menjadi salah satu kunci kemenangan pasangan Prabowo Gibran,” ujar Qodari.