Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Negara Nordik Setop Sementara Vaksin Moderna bagi Kaum Muda, Kenapa?

Ilustrasi vaksin yang digunakan sebagai booster kedua bagi Tenaga Kesehatan. (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Jakarta, IDN Times - Sejumlah negara Nordik atau negara-negara di wilayah Eropa Timur dan Atlantik Utara pada Kamis, 7 Oktober memutuskan menyetop sementara vaksinasi Moderna bagi kaum muda pria berusia di bawah 18 tahun. Penyebabnya, adanya laporan efek samping vaksin berbasis teknologi mRNA itu bagi organ jantung. 

Hal itu didasari sebuah studi yang melibatkan negara-negara Nordik yang bakal diterbitkan pada pekan depan. Efek samping yang dimaksud adalah peradangan pada jantung. 

"Studi yang dilakukan oleh negara-negara Nordik dan melibatkan Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Denmark menemukan bahwa laki-laki di bawah usia 30 tahun dan menerima vaksin Moderna Spikevax memiliki risiko lebih tinggi terkena miokarditis," ungkap Direktur Institut Kesehatan Finlandia, Mika Salminen, seperti dikutip dari Euronews, Sabtu, 9 Oktober 2021. 

Miokarditis adalah kondisi di mana otot jantung terkena peradangan. Itu sebabnya, otoritas kesehatan di Finlandia memilih menyuntikan pria yang lahir pada 1991 ke atas divaksinasi Pfizer. Finlandia telah memberikan vaksin kepada anak-anak di atas usia 12 tahun. 

Apakah temuan studi yang belum resmi diterbitkan itu perlu menjadi kekhawatiran publik dalam menerima vaksin COVID-19?

1. Komite keselamatan BPOM Eropa sebut kondisi peradangan jantung jarang terjadi

ilustrasi vaksin Moderna untuk pencegahan COVID-19 (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Menurut keterangan dari Komite Keselamatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Eropa atau European Medicine Agency (EMA) pada Juli lalu, tak membantah bisa saja penerima vaksin laki-laki muda mengalami efek samping peradangan jantung usai vaksinasi Moderna Spikevax atau Pfizer/BioNTech Comirnaty, usai vaksinasi dosis kedua. Tetapi hal itu jarang terjadi. 

Otoritas kesehatan di Amerika Serikat, Uni Eropa dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menggarisbawahi manfaat yang diterima setiap penerima vaksin jauh lebih besar ketimbang efek sampingnya. Apalagi sudah terbukti teknologi mRNA dalam vaksin COVID-19 terbukti efektif memberikan imunitas untuk melawan virus mematikan itu. 

Sementara, juru bicara perusahaan farmasi Moderna pada pekan lalu mengaku telah mengetahui rencana otoritas kesehatan di Swedia dan Denmark, yang bakal menyetop sementara penggunaan vaksin Moderna. Meskipun, Moderna menyatakan peradangan otot jantung sangat jarang ditemui pada laki-laki muda penerima vaksin. 

"Individu-individu tersebut mampu kembali pulih dalam waktu yang singkat usai mengikuti perawatan sesuai standar dan istirahat yang cukup. Justru, risiko menderita miokarditis akan lebih tinggi bila terpapar COVID-19," ungkap jubir Moderna.  

2. Denmark membatalkan keputusannya menyetop sementara penggunaan vaksin Moderna

Ilustrasi vaksin Moderna (www.news.sky.com)

Setelah menyatakan ke publik bakal mengikuti jejak Finlandia dan Swedia untuk menyetop sementara penggunaan vaksin Moderna, Denmark akhirnya membatalkan keputusan itu.

Dalam pernyataan yang disampaikan pada Jumat pekan lalu, otoritas kesehatan Denmark menyatakan tetap memberikan restu vaksinasi Moderna bagi laki-laki muda. Mereka juga menyebut manfaat yang diperoleh dari vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna justru terbukti telah memberikan perlindungan agar tidak tertular COVID-19. 

Juru bicara Badan Kesehatan Denmark, Tina Gustavsen, meminta maaf kepada publik karena memberikan indikasi yang keliru soal penyetopan vaksinasi COVID-19. "Kami telah mengomunikasikannya secara buruk ke publik. Ini benar-benar cara penyampaian verbal yang keliru. Kami merasa perlu menyampaikan bahwa tidak ada kekhawatiran apapun, dan kami pikir ini vaksin yang efektif serta bermanfaat bagi publik," ujar Gustavsen. 

Sementara, di Indonesia, vaksin Moderna hanya diberikan sebagai vaksin penguat atau booster, namun sejauh ini baru diberikan bagi tenaga kesehatan. Sedangkan, vaksin Pfizer diberikan kepada warga umum. Tetapi, sesuai aturan Kementerian Kesehatan, vaksin Pfizer diberikan kepada warga yang sama sekali belum divaksinasi. 

3. Italia tidak mengekor kebijakan negara Nordik menghentikan vaksinasi Moderna

Vaksin Moderna (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Sementara, negara-negara Eropa lainnya memutuskan tak mengikuti jejak Swedia dan Finlandia. Menteri Kesehatan Italia, Roberto Speranza, memutuskan tetap memberikan vaksin Moderna kepada kaum laki-laki muda. Alih-alih menyetop pemberian vaksin sementara waktu, Speranza mendorong agar antar negara di Eropa memperkuat koordinasi. 

"Kami percaya terhadap rekomendasi yang diberikan oleh otoritas internasional, dimulai dari EMA (BPOM Eropa) yang kami jadikan sebagai rujukan. Mereka juga telah menyampaikan keputusan terkait vaksin yang dimaksud," kata Speranza. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us