Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Bogor, IDN Times - Peristiwa bau menyengat yang terjadi di wilayah Bogor dan Depok, Jawa Barat beberapa hari lalu, membuat ratusan warga protes dan menuntut ganti rugi kepada PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). Sebab, bau menyengat yang tercium hingga radius puluhan kilometer itu bersumber dari pabrik limbah tersebut.  

Humas PT PPLI Ahmad Farid mengatakan, peristiwa pada Jumat 19 Maret 2021 itu bukan karena kebocoran pipa, namun karena adanya reaksi pengolahan limbah B3 yang menimbulkan uap berlebih.

"Jadi kejadian kemarin itu merupakan reaksi pengolahan di PPLI," ujar Ahmad, Selasa 23 Maret 2021.

1. PT PPLI mengolah 500 ton limbah dalam sehari

Default Image IDN

Manager Publik Relation PT PPLI Arum Tri Pusposari mengatakan, saat ini dalam sehari perusahaannya memproses limbah mencapai 500 ton.

Limbah yang sudah terproses ditampung di lubang-lubang penampungan dengan lapisan.

“Limbah tersebut kita tampung di lubang yang sudah dilapisi lapisan khusus yang kuat dan tahan," ungkap Arum. 

2. Limbah berasal dari Sabang sampai Papua

Ilustrasi Sampah Medis (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Masih kata Arum, limbah tersebut berasal dari Sabang sampai Papua. "Dan dilakukan pengolahan di PPLI Klapanunggal,” lanjutnya.

Terkait peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu yang menyebabkan bau menyengat hingga di empat Kecamatan di Bogor yakni Klapanunggal, Gunungputri, Cileungsi, dan Citeureup, Arum mengatakan, perusahaannya sudah menghentikan kegiatan dalam proses limbah tersebut.

3. Investigasi sedang berjalan untuk ungkap penyebab terjadinya bau menyengat

Default Image IDN

Saat ini, kata Arum, sedang dilakukan investigasi sesuai arahan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

“Jadi kita setop dulu khususnya proses limbah yang menyebabkan bau tersebut, sampai ada arahan dan SOP dari DLH dan KLH. Tapi untuk proses limbah yang lain masih berjalan sampai saat ini,” ujarnya.

Saat ditanyakan apakah karena ada faktor kesalahan manusia dalam peristiwa itu, Arum menjawab, "human error tidaknya belum bisa dipastikan, menunggu hasil pemeriksaan perusahaan bersama pihak-pihak lainnya," kata dia.

Editorial Team

EditorSunariyah