Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Panglima TNI, Laksamana Yudo Margonodi, saat jumpa pers di Mako Lanud Yohanis Kapiyau, Timika, Papua Tengah, Selasa (18/4/2023). (IDN Times/Endy Langobelen)

Timika, IDN Times - Panglima TNI, Laksamana Yudo Margonodi, menegaskan korban tewas dari TNI akibat penyerangan oleh kelompok separatis teroris (KST) di wilayah Mugi, Nduga, Papua Pegunungan, dipastikan hanya berjumlah satu orang.

Hal itu ia tegaskan dalam konferensi pers yang berlangsung di depan gedung Rd S. Suryadarma, Kompleks Mako Lanud Yohanis Kapiyau, Jalan Ahmad Yani, Timika, Papua Tengah, Selasa (18/4/2023). 

"Saya sudah mendapatkan data yang sangat akurat bahwa dari 36 prajurit kita yang kemarin melaksanakan patroli guna mencari keberadaan pilot Susi Air itu, di jalan kita dihadang oleh KST dan terjadi kontak tembak. Kemudian dari kontak tembak tersebut, ada satu yang meninggal yaitu Pratu Miftahul Arifin," uja Yudo. 

1. Ada juga empat anggota TNI terluka, dan empat lainnya masih hilang

Ilustrasi - Aksi baku tembak antara aparat TNI/Polri rombongan Danrem 181/PVT Brigjen TNI Indra Heri dan tim Yonif Raider 762 dengan anggota KKB pada 5 September 2021. (Dokumentasi Istimewa)

Yudo mengungkapkan, selain korban tewas, ada juga empat prajurit TNI yang terluka dalam penyerangan dari KST tersebut. 

"Empat orang yang luka-luka. Ada yang luka karena tembak, ada juga yang akibat jatuh terpleset karena memang medannya ini kan miring, jadi mungkin ketika mereka melihat situasi seperti itu dan sebagainya, sehingga terpeleset dan jatuh. Jadi ada tiga yang luka tembak," kata dia.

Saat ini, lanjut Panglima, keempat korban luka-kuka telah dievakuasi ke Timika dalam keadaan selamat. 

"Tadi sudah kita evakuasi, sudah kita terima. Kita akan bawa ke rumah sakit. Alhamdulillah kondisinya mereka sehat semuanya," ungkap Yudo.

Sementara jenazah korban meninggal dunia, Pratu Miftahul Arifin, belum bisa dievakuasi akibat terkendala cuaca. Adapun empat prajurit lainnya belum bisa terhubung komunikasi dan masih dilakukan pencarian.

"Yang masih belum terkonfirmasi sampai sekarang ini ada empat personel. Masih kita cari. Pada saat ini, kita konsentrasi untuk evakuasi yang meninggal," tuturnya.

2. Operasi soft approach naik menjadi siaga tempur

Kordinasi tim gabungan dalam melakukan operasi smart approach. (IDN Times/Istimewa)

Lebih lanjut, Panglima TNI mengatakan, operasi penyelamatan pilot Susi Air masih terus dilakukan dengan operasi soft approach. Namun, pada daerah-daerah tertentu dan kondisi tertentu, operasi dilakukan dengan penerapan siaga tempur. 

"Kita tetap melaksanakan operasi. Dari awal saya selalu tekankan untuk menggunakan soft approach, tapi tentunya dengan kondisi yang seperti ini, khususnya di daerah-daerah tertentu, kita ubah menjadi operasi siaga tempur," jelas Yudo.

"Jadi kalau di Natuna sana itu ada operasi siaga tempur laut, di sini ada operasi siaga tempur darat. Artinya ditingkatkan dari yang tadi itu soft approach, dengan menghadapi serangan yang seperti 15 April yang lalu, tentunya kita tingkatkan menjadi siaga tempur untuk pasukan kita, sehingga naluri tempurnya terbangun," imbuhnya.

3. Tidak ada penambahan pasukan ke Papua

Pasukan tim gabungan operasi penyelamatan pilot Susi Air di Nduga, Papua Pegunungan. (IDN Times/Istimewa)

Panglima TNI juga menegaskan dalam operasi di Papua, pihaknya tidak menambah jumlah pasukan. Menurut Yudo, pasukan yang dikirimkan ke Papua adalah pasukan rotasi. 

"Pasukan yang ada ini adalah pasukan rotasi, merotasi pasukan yang sudah hampir setahun bertugas, termasuk pasukan yang diserang ini. Karena sudah setahun bertugas, tentunya kita tarik, kita rotasi pasukan yang baru," terang Yudo.

"Termasuk yang Damai Cartenz kemarin udah kita rotasi. Kemudian ada juga pasukan yang kemarin saya lepas sekitar 1.200 anggota; yang dari Medan, Palembang, Kalimantan Tengah, Makassar, dan Surabaya. Itu juga sama, merotasi. Cuma untuk di daerah-daerah yang bukan daerah rawan," pungkasnya. 

Editorial Team