Ilustrasi partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Menanggapi pertanyaan itu, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menjelaskan, jelang Pemilu 2024 tak dipungkiri semua parpol mulai mendekati pemilih muda.
"Kalau kita lihat semua parpol hari ini juga memainkan isu anak muda, karena mereka ingin mendekati pemilih potensial," kata dia saat dihubungi IDN Times, Senin (20/2/2023).
Namun pemilih muda harus lebih kritis dalam melihat keberpihakan tersebut. Menurut Arifki, parpol mana yang berpihak pada Generasi Milenial dan Gen Z bisa dilihat dari struktural dan arah kebijakannya, bukan sekadar mulai aktif membahas isu anak muda.
"Artinya, yang paling kita lihat bagaimana kepentingan-kepentingan anak muda diperjuangkan. Banyak partai yang klaim belakangan ini jadi anak muda, karena mereka memunculkan figur baru di level jubir atau lainnya," tutur Arifki.
Di samping itu, kata Arifki, tolok ukur yang bisa dilihat ialah struktural parpol di mana mereka memberikan kesempatan anak muda berperan aktif. Dia lantas menyoroti parpol yang identik dengan politik keluarga. Sistem tersebut tentu menyuburkan budaya nepotisme yang tidak sesuai dengan prinsip Milenial dan Gen Z.
"Kalau kita ingin lihat bagaimana parpol yang respons suara anak muda bisa dilihat bahwa parpol itu bukan milik keluarga. Artinya, generasi muda punya ruang untuk berkiprah di sana," imbuh dia.
Arifki lantas meberikan contoh sejumlah parpol yang ideal dan memfasilitasi pikiran-pikiran anak muda. Di antaranya Golkar, NasDem, PPP, PSI, dan PKN.
"Kita harus lihat figur yang dimunculkan bukan cuma parpol itu mampu merespons isu Milenial dan Gen Z. Tapi penting, berapa banyak generasi muda yang muncul mewakili parpol tersebut," tutur dia.