Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Capres 2024 Mau Gaet Suara Gen Z? Tinggalkan Gaya Kampanye Klasik

ilustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Jakarta, IDN Times - Pemilu 2024 yang diselenggarakan pada 14 Februari 2024 akan menghasilkan presiden baru. Artinya, kans masing-masing calon presiden (capres) untuk bisa merebut kursi RI 1 sama-sama terbuka lebar.

Di Pemilu 2024, milenial dan Gen Z akan menjadi pemilih mayoritas. Suara mereka dapat menentukan sosok capres dan cawapres meraih kursi kekuasaan di Indonesia.

Pengamat politik, Ujang Komarudin, mengatakan capres-cawapres yang berlaga di Pemilu 2024, hendaknya bisa menggunakan cara-cara kekinian bila ingin menggaet suara milenial dan Gen Z.

"Dalam konsep agama itu begini, jika ingin mendekati suatu kaum, maka gunakanlah bahasa kaumnya. Jadi, kalau ingin mendekati anak muda, dan Gen Z itu harus menggunakan bahasanya mereka, harus menggunakan yang identik dengan mereka," ujar Ujang kepada IDN Times, Jumat (17/2/2023).

"Misalnya, menggunakan pakaian seperti mereka, sepeda motor dengan gaya mereka, kemudian bahasa juga bahasa mereka," sambungnya.

1. Generasi muda tak ingin janji politik

Ilustrasi kampanye (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Ujang menerangkan, generasi muda tak ingin janji politik yang disodorkan oleh capres-cawapres. Mereka lebih suka sesuatu hal yang nyata.

"Mereka harus diberi tantangan-tantangan, kalau mereka ingin pekerjaan, ya kasih dong peluangnya bagaimana, kalau mereka ingin beasiswa, ya berikan dong, difasilitasi terkait dengan pengembangan teknologi, ya berikan dong oleh para capres dan cawapres itu untuk membuktikan peduli kepada milenial dan Gen Z itu," ucap dia.

2. Bila hanya ada janji politik, golput semakin nyata

Ilustrasi Kampanye Pilpres 2019 (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Lebih lanjut, Ujang mengatakan, bila capres-cawapres hanya bermodal janji politik, siap-siap milenal dan Gen Z lebih memilih untuk golput. Oleh karenanya, cara klasik dalam berkampanye, harus ditinggalkan.

"Kan mereka melihat sosok capres-cawapres itu harus nyata membantu, jadi apapun kebijakan atau kampanye harus nyata juga. Mereka harus diberi contoh yang nyata, bukan hanya janji," kata dia.

Meski demikian, Ujang mengingatkan generasi muda untuk tidak golput.

"Ini tantangan untuk capres cawaprs itu menjadi pasif, bahkan menjadi golput, karena itu berbahaya karena mereka pemilih mayoritas, kalau golput sayang. Karena pemilu itu ajang memilih pemimpin terbaik," kata dia.

"Kalau anak mudanya tidak peduli, tidak memilih dan golput tentu akan rugi bagi bangsa ini, dan justru yang akan jadi yang tidak peduli terhadap milenial dan Gen Z," ucap Ujang lagi.

3. Riset IDN Times soal Gen Z jelang Pemilu 2024

Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelumnya, hasil riset IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix menunjukkan, calon pemimpin menurut Gen Z Indonesia adalah mereka yang memiliki visi yang jelas untuk negara dan berintegritas, sehingga mereka tidak akan korupsi, serta memiliki pengalaman politik.

Meskipun 61 persen Gen Z mengatakan mereka memilih pemimpin politik yang memiliki agama yang sama dengan mereka, ketika agama dikaitkan dengan faktor-faktor lain.

Hal ini menunjukkan, pada akhirnya kemampuan seorang kandidat lebih signifikan dalam menggaet suara calon pemilih, dibandingkan latar belakang agama, popularitas, etnis, dan bahkan partai politiknya.

Hasil survei ini juga menunjukkan, sebanyak 41 persen Gen Z menyatakan siap menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014, sebanyak 30 persen menyatakan netral, dan 29 persen menyatakan tidak peduli.

Riset berjudul Indonesia Gen Z Report 2022 ini dirilis berbararengan dengan agenda tahunan Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) by IDN Media, yang dihelat pada 29-30 September 2022.

Riset ini dilatarbelakangi kelangkaan penelitian di ranah Gen Z, yang menimbulkan mitos dan stereotipe pada generasi ini. Selain menggali pemahaman mendalam tentang Gen Z di Indonesia, riset ini juga bertujuan untuk mengetahui pandangan politik generasi ini di Tanah Air. Termasuk, pilihan mereka terhadap sosok calon pemimpin mendatang, dan minat mereka untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024.

Survei ini digelar pada 27 Januari - 7 Maret 2022 dengan melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi di Indonesia, dengan metode survei multistage random sampling. Sementara, margin of error survei ini kurang dari 5 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Ilman Nafi'an
Dwifantya Aquina
Muhammad Ilman Nafi'an
EditorMuhammad Ilman Nafi'an
Follow Us