Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Bambang Susantono, membuka opsi pendanaan ibu kota baru di Kalimantan Timur dilakukan lewat metode crowdfunding atau urun dana. Usulan itu mengemuka tak lama usai salah satu calon investor IKN Nusantara, Softbank memilih mundur dari pendanaan ibu kota baru. Padahal, semula Softbank digadang-gadang bakal menanamkan duit senilai US$100 miliar atau setara Rp1.432 triliun.
Pernyataan urun dana dijadikan salah satu opsi terungkap ketika Bambang Susantono diwawancarai Majalah Tempo yang tayang pada periode 27 Maret 2022 hingga 3 April 2022.
"Peran APBN cukup penting karena APBN akan menjadi jangkar duluan untuk membangun kepercayaan pasar atau calon investor. Masyarakat (juga) bisa (terlibat) melalui model crowdfunding. Berbagai macam creative financing (pembiayaan di luar APBN) masih terus kami coba eksplor," ungkap Bambang dalam wawancara tersebut.
Pernyataan itu kemudian menjadi viral dan perdebatan di ruang publik. Mereka menduga skema urun dana muncul lantaran pembangunan IKN Nusantara tak memiliki duit yang cukup.
Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada 15 Maret 2022 menyebut biaya untuk pembangunan IKN dibutuhkan dana mencapai Rp466 triliun. Sementara, sesuai ketentuan di dalam undang-undang, penggunaan APBN untuk IKN dibatasi maksimal 20 persen. Sisa pendanaan dicari lewat metode lain.
Mengapa metode urun dana dipilih oleh pemerintah? Platform apa yang digunakan untuk bisa menjaring dana masyarakat dan tak dikorupsi?