Sebelum menekuni sektor pertanian, keduanya merupakan calon guru. Pendidikan bagi calon guru telah ditempuh, namun lebih tertarik menjadi petani karena melihat Sumba Barat Daya yang kerap mendatangkan kebutuhan pangan hortikultura dari luar daerah. Harapan mereka sederhana, yakni bisa memasok kebutuhan pangan di Kabupaten Sumba Barat Daya sendiri, juga memasok ke daerah-daerah lain di masa depan.
“3 tahun kami telah menggeluti usaha tani di tanah seluas 1,25 hektar dengan varian komoditas cabai, tomat, hingga bawang merah dengan dibantu oleh 3-4 tenaga kerja dari desa sendiri, hingga kami membuahkan hasil dengan meraup omzet hingga Rp15 juta per bulan,” terang Oktavianus.
Disela-sela pendampingan yang dilakukan oleh SMK PP Negeri Kupang, Oktavianus juga menceritakan awal usaha taninya dibuat dengan budidaya tomat di tanah seluas 0,5 hektar di Desa Rama Dana.
Ia pun pernah mengikuti pelatihan tentang irigasi tetes yang diadakan oleh LSM SID dari Jerman. Ilmu yang ia peroleh dari pelatihan itu pun ia terapkan pada usaha pertaniannya.
“Kami merasa banyak terbantu dengan adanya teknologi itu. Dan kami berharap bisa menerapkan teknologi-teknologi lain pada usaha tani ini, khususnya mengenai penggunaan alsintan. Selain itu juga kami berharap bisa mengikuti pelatihan tentang penggunaan pupuk, sehingga dapat memberikan produk yang terbaik untuk masyarakat,” tambahnya.