Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gedung Komisioner Penyiaran Indonesia. (google.com/KPI/Ravel Adhy Purna)
Gedung Komisioner Penyiaran Indonesia. (google.com/KPI/Ravel Adhy Purna)

Jakarta, IDN Times - Pengacara dua terlapor perundungan pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yakni RT dan EO, Tegar menyebut kasus perundungan yang diduga menimpa MS kini dimanfaatkan oleh pihak tertentu. 

Tegar menyoroti sikap Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, yang meninggalkan panggung Mata Najwa. Padahal, kata dia, kasus ini perlu dibahas.

"Berkaitan degan lembaga negara ini, (orang yang diduga terlibat) pegawai rendahan, gaji UMR termasuk MS, ini dimanfaatkan yang di atas-atas," ujar Tegar dalam acara diskusi online, Jumat (10/9/2021).

Menurutnya, ada Komisioner KPI yang sedang membakar "rumahnya" sendiri. Namun, dia tak menyebut siapa Komisioner KPI itu.

"Ada Komisioner KPI yang sedang bakar rumahnya sendiri," katanya.

1. Pengacara terduga pelaku curiga korban bully pegawai KPI buat rekayasa

Ilustrasi perundingan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam kesempatan itu, Tegar menduga korban, MS melakukan rekayasa dalam kasus ini. Kecurigaan itu bermula ketika dia mengamati siaran pers yang dibuat MS.

"Soal peristiwa yang dituduhkan adanya pelecehan seksual, sampai hari ini saya yakin gak ada, dan klien kami yakin peristiwa itu tidak ada," ucapnya.

Tegar kemudian menyoroti profil MS. Dia mengatakan, MS merupakan seorang dosen di tiga perguruan tinggi yakni Universitas Budi Luhur, Universitas Mercu Buana dan Universitas Mpu Tantular.

"Satu, dia adalah dosen, 2019 didiagnosa saya lihat di rilisnya PTSD (post-traumatic stress disorder), PTSD itu sendiri gejala ada banyak," ucapnya.

Berdasarkan penelusurannya di Google, Tegar menemukan gejala PTSD antara lain cenderung menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Selain itu, penderita PTSD juga kehilangan minat yang dulu disukainya.

"Dari sini saya pikir urutan tanggal harus menjadi sesuatu yang sangat penting dan kemudian kita menilai rilis yang disebar itu layak menjadi acuan atau tidak, rilis itu dibuat saat MS menderita PTSD," katanya.

2. Sebut MS sebagai ahli strategi komunikasi

ilustrasi kekerasan terhadap anak. (IDN Times/Mardya Shakti)

Lebih lanjut, Tegar mengatakan, MS juga mengampu berbagai mata kuliah di tiga kampus seperti hukum dan kode etik, kemudian komunikasi massa.

"Komunikasi massa ini adalah teknik propaganda," kata dia.

Menurutnya, berdasarkan profil tersebut, Tegar menduga MS merupakan orang yang ahli dalam strategi komunikasi.

"Dari konteks yang demikian itu, dari profil, saya pikir dia bukan orang biasa, dan dia ahli dalam strategi komunukasi yang baik, di sisi lain gangguan PTSD," ucapnya.

3. Pengacara terlapor juga tak yakin ada perundungan di kantor

Ilustrasi ancaman. (IDN Times/Mardya Shakti)

Tegar kemudian tak yakin kalau MS di-bully saat berada di kantor. Dia mengatakan, di kantor KPI tempat MS bekerja ada sekitar 50 orang.

"Saya sampai buat denah ini, ada 50 orang, masa 1 orang gak ada yang lihat," katanya.

Editorial Team