Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
RSUD Tarakan, Jakarta Pusat (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jakarta, IDN Times - Kasus virus corona atau COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Hingga akhirnya, pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna mengurangi penyebaran virus corona yang semakin meluas.

Penyebaran yang begitu masif seakan membuat pemerintah tak siap dan kewalahan menghadapinya. Korban meninggal akibat virus corona terus berjatuhan dari hari ke hari.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, mengklaim pemerintah telah menyiapkan 300 rumah sakit rujukan penanganan pasien COVID-19.

“Lebih dari 300 rumah sakit rujukan telah ditunjuk dan telah operasional, kemudian didukung juga oleh sekian banyak tenaga kesehatan, baik dokter spesialis, perawat, dan pendukung lainnya," kata dia dalam keterangan pers, Jumat (10/4).

Apakah ratusan rumah sakit rujukan tersebut siap menangani pasien virus corona? Kali ini, saya akan berbagai pengalaman saat melakukan tas swab atau pengambilan tes Polymerase Chain Reaction (PCR), untuk mengetahui apakah saya terinfeksi virus corona atau tidak.

Setelah menimbang banyak hal dan mendengar pengalaman orang-orang di sekitar, saya memutuskan melakukan pemeriksaan di RSUD di kawasan Jakarta Pusat. Saya sendiri pernah kontak langsung dengan pasien COVID-19. Itu kekhawatiran saya yang terus menghantuiku.

1. Berstatus ODP, saya harus melakukan swab tes di rumah sakit rujukan

RSUD di kawasan Jakarta Pusat (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Sejak insiden Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi (BKS) dinyatakan positif virus corona pada 14 Maret 2020, saya memutuskan melakukan tes swab. Sebab, pada 4 Maret 2020, saya sempat berinteraksi langsung dengan Menhub dan berfoto bersama. Siapa sangka momen tersebut membuat saya berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP).

Pada 15 Maret 2020, saya pun pergi ke RSPI Sulianti Saroso untuk memastikan, apakah saya terinfeksi virus corona atau tidak, setelah kontak langsung dengan Menhub. Tetapi, karena tidak adanya gejala, akhirnya tim medis menyuruh saya isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.

Akhirnya, saya memutuskan tidak perlu tes swab saat itu. Namun, karena kebijakan kantor tempat saya bekerja, akhirnya saya diminta tetap melakukan tes swab meski tidak ada gejala sama sekali.

Setelah beberapa hari isolasi mandiri di rumah, saya merasakan sesak napas. Saya memang memiliki riwayat sesak napas karena alergi debu, dingin, dan saat kelelahan.

Saya memutuskan pergi ke salah satu rumah sakit rujukan pemerintah, agar dilakukan tes COVID-19. Setelah penuh pertimbangan dan berpikir panjang, saya memilih RSUD ini sebagai salah satu rumah sakit rujukan pemerintah.

2. Para dokter harus dibatasi memeriksa pasien

Editorial Team

Tonton lebih seru di