Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit meninggal dunia pada usia 81 tahun, Kamis (25/3/2021). Sebelum tutup usai,  almarhum sempat dirawat di RSCM Jakarta.

Ucapan duka datang dari eks Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional dan Kabinet Gotong Royong, Manuel Kaisiepo.

1. Almarhum dinilai sebagai sosok yang kritis dan memiliki pemikiran hebat

Melalui laman Facebook-nya, Kaisiepo mengenang sosok almarhum yang dinilainya punya pemikiran hebat dan kritis.

"Selamat jalan Pak Arbi Sanit. Sebagai dosen ilmu politik di FISIP-UI, pak Arbi Sanit 'hanya' bergelar S1 (Drs). Tapi semua orang tahu kapasitas keilmuwannya. Dia pernah mengambil program nongelar di Wisconsin University, tapi tidak ingin melanjutkan ke jenjang S2 dan S3," tulis Kaisiepo, Kamis (25/3/2021).

"Status formal itu sama sekali tidak mengurangi kewibawaan keilmuwannya. Pemikiran dan analisisnya selalu menukik dan kritis. Buku-buku karyanya antara lain 'Sistem Politik Indonesia' dan 'Perwakilan Politik di Indonesia' adalah bacaan wajib mahasiswa ilmu politik sejak tahun 1980an.
Selamat jalan pak Arbi Sanit. RIP," sambung dia.

2. Almarhum dikenal pendiam yang suka belajar

Default Image IDN

Arbi Sanit dikenal sebagai sosok pendiam sejak meninggalnya ayahnya. Ia banyak menghabiskan waktunya untuk belajar. Ia sempat bekerja di perusahaan pelayaran Djakarta Lloyd hingga menjadi asisten dosen di fakultasnya. Arbi memperoleh gelar sarjana dari FISIP UI pada 1969.

Arbi terkenal dengan beberapa karyanya seperti Sistem Politik Indonesia (1981), Perwakilan Politik di Indonesia (1985), dan Partai, Pemilu, dan Demokrasi (1997).

3. Kenangan Yusril Ihza Mahendra terhadap Arbi Sanit

IDN Times/Margith Juita Damanik

Pakar Hukum Tata Negara yang juga politikus Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mengenang sosok Arbi Sanit kala ia menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum UI Rawamangun pada 1976.

"Beliau dosen FISIP UI, saya pun sempat jadi asisten dosen di FISIP UI yang gedungnya bersebelahan," tulis Yusril di akun Twitter-nya.

Yusril mengatakan sejak saat itu ia sering bertemu dan bergaul dengan almarhum, bahkan ia menyebut sempat sama-sama menjadi Tim Ahli DPR pada 1993-1995 bersama Maswadi Rauf.

4. Sering beda pendapat namun almarhum tetap ramah

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Yusril mengakui alamarhum Arbi punya analisis tajam dan kerap berbeda pendapat dengannya.

"Saya dengan almarhum seringkali beda pendapat, bahkan terlibat dalam perdebatan dalam berbagai kesempatan. Namun setelah itu, beliau tetap baik dan ramah," kenangnya.

Editorial Team