Jemaah haji yang sakit saat haji 2023. (IDN Times/Sunariyah)
Ada juga kondisi yang sifatnya kronis yang lebih dikenal dengan istilah demensia. Biasanya penyakit ini sudah lama diidap pasien, namun sering tidak dikenali gejalanya oleh keluarga maupun tenaga Kesehatan. Perburukan kondisi sering dialami jemaah haji saat sudah tiba di Tanah Suci.
Menurut Arfik, kondisi penurunan daya ingat disebabkan karena jemaah lansia mengalami disorientasi atau gangguan penyesuaian yang bisa disebabkan oleh perbedaan cuaca yang ekstrem, suasana pesawat terbang, hotel, masjid dan lingkungan di Tanah Suci, dan orang sekitar seperti tidak adanya pendampingan dari keluarga, gagal adaptasi dengan rombongan kloter.
Selain itu, kondisi dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, gangguan atau kekurangan nutrisi, penyakit kronis yang tidak terkontrol baik, banyaknya konsumsi obat yang tidak tepat indikasinya, gangguan penglihatan dan pendengaran, juga dapat mencetuskan kondisi tersebut.
Karena itu, Arfik menekankan, jemaah usia lanjut yang mulai pikun harus ada monitoring sendiri. Jemaah haji lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat.
“Jemaah haji lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tutur Arfik.
Selain pendampingan, jemaah haji lansia dengan gangguan penurunan daya ingatan juga perlu bersosialisasi dan sering diajak bicara agar dapat merangsang stimulasi kognitifnya. Jemaah haji kansia ini juga perlu dihindarkan dengan faktor pemicu, karena penurunan daya ingat dapat timbul kembali.